[caption caption="Revolusi Mental tak Cukup dengan Iklan"][/caption]Kemampuan menulis atau kemampuan merangkai kata adalah kemampuan yang melebihi kemampuan seorang raja. Seorang raja bisa tumbang seketika apabila para penulis muak dengan si raja itu. Agar para penulis tidak muak maka butuh Revolusi Mental.
Bukan merevolusi mental para penulis tapi mental para raja agar memperhatikan manfaat menulis. Karena para penulis adalah bagian dari rakyatnya para raja, bahkan jika menghitung jasa terkait rakyat para raja maka rakyat yang paling berjasa adalah para penulis.
Berbicara website tentu saja bukan website namanya jika tak ada tulisan atau informasi. Lalu apa namanya. Jangan sebut dengan nama Revolusi Mental tapi ya?. Karena saya hawatir jika disebut demikian maka Jokowi dan Puan Maharani tidak setuju. Kalau beliau tidak setuju, bisa naas nasib aksi Revolusi mental.
Berbicara Website Revolusi Mental sebagai rakyat yang mendukungnya, semoga kita semua setuju kalau para adminnya bisa belajar (bermitra) admin Kompasiana. Mengapa? karena sesuai dengan penjelasan dalam website revolusi mental bahwa Revolusi Mental adalah gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik.
Menanggapi penjelasan itu, maka sebagai rakyat yang hidup di ujung tenggara Indonesia tepatnya di RT 30 Kelurahan Majidi Kecamatan Selong Kab.Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) – Indonesia maka sudi kiranya para pemangku amanah terutama yang ada kaitannya dengan Revolusi Mental untuk memperbaiki karakter websitenya dulu sebagai upaya serius untuk Indonesia yang lebih baik
Karena sesuai pendapat sebelumnya terkait manfaat menulis, maka dengan belajar kepada admin kompasiana diharapkan menjadi cermin bahwa pemangku amanah yang menyuarakan Revolusi Mental juga harus mempunyai mental untuk berani belajar kepada rakyatnya.
Apa yang mesti dipelajari?
1. Sajian Website (Kabar atau Berita)
Saya melihat di pres release Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 33/Humas PMK/IX/2015 melalui http://revolusimental.go.id/berita/2015/09/11/press-release/, terlihat bahwa itu diposting apa 11 September 2015. Cukup lama bukan?[caption caption="Pres Rilies Web Revolusi Mental"]
Lucunya pada tag kabar ketika di klik yang muncul sebatas kabar, kira-kira bunyinya “Revolusi Mental tentu tidak boleh berhenti di situ. Revolusi Mental bukan slogan atau jargon tetapi aksi..aksi..aksi! Kita semua harus beraksi untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Nah, saya sangat setuju, tapi aksi seperti apa??? Apakah aksi iklan saja, gambar saja???. Saya rasa ini yang penting dan disinilah kita perlu belajar bukan sebatas menyuarakan tapi ikut kerja, kerja, kerja sebagaimana semangat bung Jokowi.
Semangat kerja juga akan lahir dari inspirasi. Tapi bagaimana inspirasi mau ada jika yang bekerja tidak ada?. Zaman ini tidak penting himbaun untuk kerja yang penting itu adalah inspirasi nyata bagaimana kita bisa bekerja. Banyak yang bekerja untuk contoh yang diharapkan dalam Revolusi Mental, tapi contoh itu mana?
Nah!!! Disinilah pentingnya website. Sumber Informasi yang akan mengabarkan mana contoh Revolusi Mental? Mana contoh pigur-pigur yang bergerak untuk Revolusi Mental. Kalau slide gambar kartun meskipun berisi motivasi, anak-anak Juwiter saja bisa, pake tulis tangan lagi (lihat saja contohnya).[caption caption="Iklan Jujur dari Siswa"]