Mohon tunggu...
SURAT TERBUKA
SURAT TERBUKA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Mencari Doa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

10 Paragraf Kontemplasi Pendewasaan Usia Pernikahan

4 November 2015   20:01 Diperbarui: 4 November 2015   20:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 10 Paragraf ini adalah sebuah keprihatinan atas “ …(…..isi sendiri…)…..” Pemangku amanah di Dunia Pendidikan yang paling utama dan paling dekat serta memiliki peran dan anggaran besar untuk generasi, khusus terkait upaya bersama Pendewasaan Usia Perkawinan dan mencegah pergaulan bebas terselubung anak negeri. Berikut semoga kita bisa merenungkannya untuk dilakukan upaya bersama dimasa depan (Kontemplasi).

  1. Orang tua sudah lelah mendidik, bekerja keras dan membayarkan biaya pendidikan. Tak ada salah untuk orang tua, karena itu beliau menyekolahkan anaknya. Jadi mari kita berjuang amanah.[caption caption="Perbandingan Konsentrasi Berfikir Anak"][/caption]
  2. Wali Kelas, Pembina OSIS, Waka Kesiswaan, Waka Kurikulum; dan waka-waka-waka-waka yang lain, serta Kepala Sekolah, Apakah hanya bertugas untuk urusan “ …(…..isi sendiri…)…..”. Mengapa generasi kita lebih banyak yang tersanjung, kemudian bergabung dalam pergaulan amoral (lihat di pantai, dan tempat-tempat lainnya) daripada rutin mengikuti proses pengembangan diri. Kalau Pembina Pramuka/Ekstrakurikuler yang lain bisa, mengapa yang lain tidak???. Atau setidaknya wali kelas, dan waka-waka-waka yang lain membuat Anak lebih nyaman di Sekolah.
  3. Tugas Guru BK bukan sebagai Polisi Sekolah dan jangan bikin mereka minder yang kemudian mati inovasi untuk menerapkan Ilmu-Ilmu yang sudah didapatkan. Sungguh kasian Guru BK. Banyak diantara mereka yang sulit berinovasi untuk tujuan yang khusus kami bahas saat ini, yaitu peran sertanya dalam Upaya Pendewasaan Usia Perkawinan. Pemandangan yang mengerikan yang semakin menjadi sindrom yang seolah-olah menjadi konsumsi dalam asumsi yang kemudian terpaut menjadi tugas Guru BK.
  4. Majalah Dinding di setiap sekolah, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Isinya hanya puisi melulu. Itu pun jika terisi, bersyukur melihatnya, tapi bagaimana jika tidak? Siapa yang bertanggungjawab untuk ini. Padahal bisa saja pihak sekolah menerapkan kebijakan untuk membina siswa mengisi Majalah Dinding dengan tema-tema terkait Pendewasaan Usia Perkawinan. Alasannya tidak ada anggaran? Oh ya, anggaran, oh anggaran. Itulah satpam utama sebagai alasan apatis dengan berbagai keadaan. Padahal jika untuk urusan naik jabatan dan sertifikasi, rela bayar sana-sini demi?????. Belum lagi kucuran dana BOS, kemudian yang paling memprihatikan di Lombok Timur adalah Dana SPM Dikdas. Orang Dikdas kok g’ tau?
  5. Buletin Sekolah, apalagi?. Padahal di luar NTB banyak sekolah yang sudah mengupayakannya, tapi sayang hanya untuk kebutuhan Lomba Saja. Padahal melalui peran pembinaan siswa untuk urusan ini, jauh lebih baik daripada sikap apatis dan serba instan, pesan tulisan di Majalah ber-ISBN untuk urusan kenaikan pangkat. Padahal (yang ke-dua) Khusus untuk upaya Pendewasaan Usia Pernikahan, pembiasaan menulis akan mendidik proses pendewasaan berfikir siswa /imajinasi positif dalam mempersiapkan masa depan.Disisi yang sama, pesan-pesan moral terkait, bisa sebagai bahan / isi dari bulletin. Remaja juga pasti akan membaca yang terkait dengannya.
  6. Ekstrakurikuler ; Jika sekolah bisa ramai di waktu pagi, mengapa di waktu sore juga tidak bisa?!. Beri mereka motivasi bukan intervensi. Beri mereka inspirasi bukan konflikasi.
  7. Dedikasi bermitra antar institusi (Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pejabat Pendidikan, Pejabat Kesehatan, dsb) untuk upaya ini mengapa tidak di inovasikan. Jika menunggu anggaran untuk berbuat, maka jiwa dan tujuan programnya mari kita pertanyakan bersama.
  8. Dorongan dan motivasi kebijakan dari Kepala Bidang, Kepala Dinas, Bupati, Gubernur untuk urusan-urusan strategis terkait. Jangan hanya sebatas “ …(…..isi sendiri…)…..”, karena baik-buruknya masa depan negeri ini ada di tangan hasil didikan untuk generasi kita.
  9. Lomba-lomba, Kompetisi dan penghargaan generasi berprestasi dan pigur-pigur inovatif, dukung dan motivasi agar mereka yang menyelenggarakkannya. Sebagai proses pendewasaan diri, sekaligus untuk membangun inspirasi/pendewasaan berfikir dan rasa nyaman bahwa perjuangan dimasa muda saja susah, apalagi sudah menikah dan sebagainya, dan sebagainya dan sebagainya (dalam kurung) bukan di ketuai oleh pejabat yang tak kerja.
  10. ……………………………………………….(jangan terlalu banyak diskusi) karena selama ini diskusi hanya menghabiskan waktu. Ayo Kerja, Kerja dan Kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun