Sekitar 3 (tiga) minggu yang lalu saya diskusi dengan 3 orang sahabat terkait Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Fokusnya lebih banyak ke Tenaga Kerja Wanita (TKW). Saat diskusi, muncul cerita dari salah satu sahabat, bahwa di kampungnya saat ini sedang gempar dengar isu perselingkuhan.
Angka 3 bukan angka yang kebetulan, karena katanya, sejumlah 3 pasangan di Kelurahannya ditemukan selingkuh dengan posisi memprihatinkan. Rata-rata diantara 3 pasangan selingkuh tersebut adalah korban Jablay atau jarang dibelay. Mereka juga menyebut pasangan itu sebagai Jamal atau Janda Malaysia, bukan Jabul atau Janda Betulan.
Setelah saya telusuri, ternyata cerita sahabat saya itu, benar. Karena beberapa hari kemudian, dalam keadaan galau saya melintas di kampung sahabat dan teringat ceritanya. Maka saya pun berekspedisi melalui siasat membeli minuman, duduk istirahat, ingin melakukan survey gratis meskipun tidak dianggarkan negara.
Saya lakukan itu di 3 warung, dengan pola yang sama. Dan Alhamdulillah untung ada rupiah yang tidak kena imbas ringgit ataupun dolar di dompet saya untuk membeli minuman sebagai alasan survei benar ataukah tidak isu perselingkuhan dengan cara yang memprihatinkan itu. Bukan di satu kampung sih, tapi satu keluharan.
Sebagai tambahan dan bahan iklan, saya sih beli minuman yang terjangkau dengan harga dibawah 5 ribu. Minumannya sejenis teh botol tapi mereknya malas saya sebut, takut berdampak pada larisnya merek tersebut, kemudian saya tidak mendapatkan keuntungan atas jual-beli minuman dalam kemasan. Maklum karena iklan itu harus mahal, seharusnya gratis dong itu minuman karena saya mau mempromosikannya.
Dari Ibu-ibu pemilik warung, saya mencoba survei serapi mungkin, untuk menemukan jawaban valid terkait perselingkuhan. Dengan lancar karena sudah menjadi berita hot Ibu-Ibu dan juga bapak-bapak yang menjadi warga kampung disana, maka responden pun menjelaskan cerita yang mirip gosip. Disebut gosip juga enggak apa-apa.
Saya semakin tertarik dengan cerita cara perselingkuhan mereka. Ada yang mengatakan mereka selingkuh di tengah sawah, kemudian di dengar erangan oh…,ah….,uh…., entah faktor apa suara itu keluar?, yang kemudian setelah ditelusuri warga yang sedang bekerja di sawah, dan akhirnya ditemukan ada dua pasangan sedang bergoyang. Itu di warung yang satu, warung yang lainnya beda lagi ceritanya, tapi mirip serupa, namun bukan semisal atau contoh.
Pasangan yang lain juga diceritakan. Pasangan kedua ini ceritanya lebih ngeri dan tidak menghargai jasa suami. Mereka melakukannya di dalam dapur bersama tukang bangunan yang sedang memperbaiki rumahnya, hasil jerih payah suami di negeri jiran. Tapi untung mertua segera menemukannya, dan mungkin tak sampai air mani muncrat di (mana) mungkin, karena keburu ketangkap basah. Kejadian selanjutnya di terka saja sendiri.
Pasangan ke-tiga; kalau ini lebih profesional ceritanya, pengaruh atau dampak tekhnologi hape yang mungkin juga kiriman suami di negeri jiran. Cara ditemukannya juga agak profesional, karena penulusuran berdasarkan rasa curiga setelah aktivitas menelpon yang tak wajar bersama waktu keluar rumah yang sering tak tentu.
Telusur demi telusur, ternyata si wanita istri orang, keluar bertemu pria selingkuhan di tempat yang jelas ada maksud buruk di dalamnya. Artinya cerita yang ke-tiga ini, bukan karena suara oh…,ah….,uh….,. Hemmm. Mau bilang apa lagi ya. Takut terlalu banyak celoteh.
Naudzubillah pristiwa-pristiwa serupa terjadi pada semua keturunan kita, dari zaman nabi Adam sampai 1 detik menjelang kiamat. Menyimaknya dalam alur pikiran pribadi, ada beberapa kerisauan yang mengemuka,
- Separah itukah warga negara ini, menjadi TKI diusia belum 3 bulan menikmati bulan madu, tapi suami-istri sudah berpisah untuk nafkah?
- Separah itukah istri, yang tega atau saya tidak setuju persoalan ini disebut manusiawi (lebih cocok, disebut?,sebut saja sendiri) yang mendustai suami yang banting tulang di negeri orang. Tapi mungkinkan suami juga demikian di rantauan? Naudzubillah.
- Rata-rata setelah kejadian perselingkuhan itu memburamkan nama pelakunya, maka wanitanya (korban nafsu), diceritakan menjadi TKW, terka dan semoga tak benar bagaimana psikologi mereka.
- Lalu bagaimana solusinya?