Hai sahabat kompasianer, penulis mengutip berita dari kompas.com yang isinya seperti dibawah ini "Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pembelian mobil listrik untuk pejabat akan dianggarkan dari APBN. Luhut bilang, hal tersebut sudah mendapat persetujuan dari Presiden RI Joko Widodo @jokowi. "Jadi Presiden sudah memerintahkan bahwa APBN akan digunakan untuk pembelian kendaraan listrik. Yang electric vehicle (EV) itu mulai tahun ini, (anggaran) lebih besar lagi di tahun depan," kata Luhut di Sarinah Thamrin, Jakarta, Selasa (27/9/2022)."
Sebagai rakyat penulis sangat miris. Selalu saja ada berita yang membuat hati nyesek, setelah sekian lama cukup tenang menggunakan elpiji bersubsidi untuk memasak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah lalu bermigrasi ke gas. Tetiba muncul kabar penggunaan kompor berbahan bakar elpiji akan digantikan dengan kompor listrik. Masyarakat menengah kebawah resah, para pedagang juga resah bagaimana mereka bisa jualan sedangkan mereka adalah pengguna kompor gas dengan tabung melon.Â
Penyedia listrik (PLN) awalnya antisipasi dengan menggulirkan wacana pemakaian kompor listrik sebagai pengganti kompor gas. Asal muasalnya PLN kelebihan pasokan listrik, akibat pembangunan proyek listrik 35 Megawatt. Setelah proyek selesai, konsumennya malah menyusut, sehingga terjadi kelebihan pasokan listrik 35 %.Â
Pertanyaan penulis siapa pengguna listrik terbesar selama ini? Jawabannya tentu bukan rakyat. Industri atau pabrik lalu pusat perbelanjaan, gedung gedung Pencakar langit itulah pemakai listrik terbesar. Nah belakangan ini kan pabrik sama mall banyak yang tutup. Kebutuhan akan perkantoran juga menurun seiring terbiasanya masyarakat kerja dari rumah (WFH). Akhirnya timbullah wacana penggunaan Kompor listrik. Namun kita semua tahu kompor listrik bukan lampu LED yang kekuatan hanya 15 watt saja, kompor listrik yang akan digunakan membutuhkan daya listrik 1000 watt. Bisa dibayangkan rumah rumah yang menggunakan 450 atau 900 watt apa yang akan terjadi. Belum juga dicolokin sudah mati duluan. Ha.. Ha...Â
Untungnya penggantian kompor gas dengan kompor listrik ditinjau ulang sehingga rencana itu dibatalkan. Andai itu terlaksana bukan cuma tukang gorengan keliling sama gulali aja yang bakal berhenti dagang, hampir semua pedagang yang selama ini menggunakan gas elpiji subsidi, bisa pada tutup semua. Dapur masyarakat keluarga miskin juga bisa enggak ngebul lagi.Â
Sebenernya andai kemampuan ekonomi rakyat sudah baik, mau dihapus semua subsidi juga tidak masalah. Asalkan rakyat sudah mampu.
Maka cara terbaik menghapus subsidi adalah Pemerintah harus bekerja keras meningkatkan dan memeratakan kemampuan ekonomi rakyat. Ini rakyat masih sulit, subsidi dikurangi. Yang ada malah pejabat mau dibelikan kendaraan listrik dari dana APBN untuk kendaraan dinas. Owalah pak jadi yang katanya beberapa subsidi akan dicabut untuk menghemat APBN sebesar 300 triliunan dialihkan untuk apa ya? Semoga ini pun baru wacana dan bisa dibatalkan. Yang kaya semakin kaya rakyat semakin melarat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H