Sejak beberapa tahun yang lalu, saya memberi perhatian lebih ke Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Mulai dari berita yang berkaitan dengan BMKG sampai ke beberapa media sosialnya. Belakangan saya men-download aplikasi info BMKG dari play store.Â
Saya ingat betul, ketika di awal tahun 2015, BMKG telah memperingatkan akan terjadi kemarau yang lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pemerintah atau instansi yang lain (yang berkaitan) mungkin tidak terlalu mempedulikan atau menganggap info itu kurang penting. Hasilnya, asap menyelimuti sebagian besar beberapa wilayah negeri ini, bahkan sampai ke luar negeri.
Kejadian ini seharusnya membuat kita paham bahwa info-info yang dikeluarkan BMKG sangatlah penting. Dan jelas kita tahu, BMKG bukan hanya mengeluarkan info tentang hujan. Di luar itu masih banyak.
Sebagai contoh: gempa, peringatan tsunami, peringatan dini jika terjadi hujan deras atau angin kencang, tinggi gelombang perairan, dan mungkin masih banyak yang bisa dikeluarkan BMKG sesuai kebutuhan yang berkaitan dengan meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Kabar baiknya, beberapa bulan belakangan, saya sering membaca berita tentang BMKG yang menjalin kerja sama dengan instansi lain. Bahkan terakhir, saya membaca berita BMKG bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama (NU). Suatu lompatan besar, mengingat NU adalah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Â
Dengan kerja sama ini, diharapkan informasi BMKG sampai ke masyarakat sampai ke lapisan-lapisan yang belum dijangkau teknologi. Yang masih mengganjal, saya jarang membaca pemerintah daerah bekerja sama dengan BMKG.
Memang, berdasarkan info yang saya dapat, BMKG tak ada di setiap kabupaten. Seperti BPS, misalnya. Namun, di setiap provinsi sepertinya ada BMKG. Stasiun meteorologi ada di bandara -- tetapi belum semua bandara, stasiun geofisika biasanya di gunung atau daerah tinggi, dan beberapa stasiun klimatologi (untuk yang ini saya kurang paham penempatannya, tetapi di Kota Medan ada). Pertanyaannya, sudahkah pemerintah daerah menjalin kerja sama dengan BMKG?
Ketika kejadian kapal tenggelam di Danau Toba, saya mengikuti intens perkembangan informasi. Mulai dari jumlah korban, sampai BMKG yang turut disalahkan. Kenapa? Karena ketiadaan alat pemantau dan informasi gelombang yang tak sampai ke masyarakat.Â
Padahal sebelum kejadian, informasi sudah disampaikan oleh kantor BMKG yang ada di Medan (Saya melihat infonya di Facebook). Dan dari berita, komentar di beberapa media sosial, sejauh ini saya menyimpulkan: BMKG terbatas dari segi anggaran dan Sumber Daya Manusia, tetapi bisa bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk pengadaan dan perawatan. Saya berharap ada yang mengkoreksi jika informasi ini salah.
Dan sungguh disayangkan, tindakan menyalahkan BMKG sering terjadi di beberapa bencana yang melanda belakangan. Padahal kita tahu persis, salah-menyalahkan hanya membawa kita pada perdebatan gak penting.Â
Mungkin ada baiknya, masyarakat juga berperan penting dalam pencegahan bencana. Mulai dari yang terkecil. Misalnya, menyampaikan informasi yang benar dan tak meresahkan. Sebab kita tahu, belum semua masyarakat kita familiar menggunakan media sosial atau aplikasi semacam whatsapp. Bagi yang sudah paham, ada baiknya menyampaikan informasi yang benar.