Dangdut is my country, dan penyanyinya cepat kaya, melesat seperti kilat, walau hanya satu lagu. Laris juga, dijadikan istri pejabat(?). Tapi harus diakui, satu sisi sulit eksis bagi penyanyi dangdut pria, tanya kenapa?. Hanya Rhoma Irama yang ikonik, sang raja dangdut seumur hidup. Kapan ada suksesi bang haji?terlalu, kasihan pangeran dangdut terlalu lama menunggu mau naik tahta menjadi raja.
Panggung dangdut tidak pernah sepi penggemar, tak perlu promosi besar-besaran, ngga usah halo-halo keliling kampung. Efektif mouth to mouth, getok tular, dijamin penonton akan menyemut, desak-desakan, berjoget riang serempak. Apalagi pemilu sebentar lagi, dijamin order seperti kran dibuka, deras menghampiri tak putus-putus, para caleg dan partai siap menyebar rupiah, royal murah hati berbagi rizqi.
Dangdut dicap kampungan, pengumbar pornoaksi, identik dengan kerusuhan dan mabuk-mabukkan. Hal itu tak mengurangi hingar-bingar musik dangdut di negeri ini, show must go on. Dangdut tetap menjadi hiburan, dan sumber mata pencaharian. Tetap enak untuk berjoget, lagu sedih sekalipun.
Lagu dangdut datang silih berganti, banyak yang hit di masyarakat. Saat ini yang lagi in, adalah lagu berjudul oplosan, penyanyi aslinya saya tidak tahu. Tapi liriknya hebat, melihat kenyataan, dan dekat dengan keseharian. Coba simak liriknya, ternyata bukan hanya Ustad Solmed dan Mama Dedeh yang ahli memberi tausiyah. Lagu Oplosan ini seolah menjadi autokritik bagi penggemar dangdut. Mari joget, dan jangan mabuk-mabukan, tarik mang..
Opo orak eman duite
Gawe tuku banyu setan
Opo ora mikir yen mendem
Iku bisa ngerusak pikiran....
Tutupen botolmu
Tutupen oplosannmu