Satu lagi contoh ketidaksiapan masyarakat indonesia dalam menyikapi perbedaan keyakinan terjadi di jakarta. Sekilas saya membaca hal tersebut di media... Saya sempat bertanya dalam hati 'ko ternyata masih ada warga jakarta yang seperti itu' karena setahu saya Jakarta adalah barometer indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Budaya orang Jakarta atawa betawi dikenal mempunyai sifat yang terbuka sehingga penduduk Jakarta dihuni oleh berbagai Ras yang berbeda dan sebagai kota metropolitan sudah selayaknya juga masyarakatnya memiliki tingkat pemahaman kemajemukan yang lebih daripada masyarakt daerah. Tulisan ini sekedar merefresh kembali komitmen kita dalam kerukunan beragama. Saya teringat salah satu pesan yang disampaikan oleh seorang pejuang humanisme yang pernah kita miliki, " jika kita berbuat baik untuk masyarakat banyak, Orang tidak akan bertanya apa agama anda " dan sangat mungkin sebaliknya " jika kita berperilaku buruk orang akan bertanya apa agamanya". ini suatu pesan yang sangat memotivasi sekali seharusnya bagi kita untuk berbuat kebajikan dan menghindari perbuatan buruk, jika kita mencintai keyakinan kita. Jadi hendaknya kita melihat apa yang diperbuat oleh seseorang untuk masyarakatnya bukan agamanya. Berkaitan dengan warga yang menolak pemimpinnya yang berbeda keyakinan, hendaknya pihak PEMDA sesegera mungkin untuk melakukan edukasi pendekatan keagamaan kepada warga setempat. Jangan biarkan orang-orang yang mencari keuntungan dalam hal ini untuk merusak kerukunan warga... Salam damai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H