Mohon tunggu...
Empuss Imut
Empuss Imut Mohon Tunggu... -

lama banget ga nulisss.... :(

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sembahyang di atas Bukit

4 April 2010   07:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:00 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sembahyang di atas bukit? Bisa ya? Iya dong, yang namanya beribadah kan tidak mengenal tempat dan waktu.

Pernah terbayang dengan tempat peribadatan yang berlokasi di atas bukit? Kecuali masjid dan gereja kali ya, yang umumnya didirikan di lingkungan yang dekat dengan masyarakat. Kuil, atau tempat peribadatan umat Budha banyak yang dibangun di lokasi yang jauh dari pusat keramaian.

Uniknya, pilihan lokasi tempat pembangunan kuil adalah daerah-daerah yang eksotis. Tak terkecuali di daerah Bangka Belitung. Provinsi kepulauan yang dikelilingi oleh banyak pantai ini pun memiliki kuil-kuil yang berlokasi di atas bukit dengan view yang menghadap ke pantai.

Tapi sayang, oleh-oleh dari teman saya kali ini adalah sebuah kuil yang 'hanya' berada di atas bukit, jauh dari pantai.

Bulan April, adalah bulan bagi masyarakat Tionghoa untuk melaksanakan sembahyang kubur atau cheng beng. Tak terkecuali dengan masyarakat Tionghoa perantauan, pada masa cheng beng ini, banyak di antara mereka yang mudik ke kampung halaman. Ritual satu tahun sekali ini bertujuan untuk menghormati leluhur dan meminta doa untuk kehidupan yang lebih baik di dunia bagi anak-cucu.

Selain sembahyang kubur yang diadakan di pemakaman keluarga masing-masing, ritual sembahyang di kuil pun tak lepas dilakukan. Nah, udah jauh-jauh mudik ke kampung halaman, sekalian aja deh jalan-jalan... Kalau jalan-jalan sekalian ibadah? Bisa banget... Untuk yang berada di Pulau Bangka, Kuil Fathin San* di Sungailiat, (kota di Kabupaten Bangka, yang terletak sekitar 35 km dari pusat kota pangkalpinang, ibukota provinsi), bisa tuh dijadikan tujuan wisata dan ibadah.

[caption id="attachment_110075" align="aligncenter" width="300" caption="Kuil tampak depan"][/caption]

'Wisata Alam Religi Mahayana Bukit Betung Desa Lubuk Sungailiat', begitu tulisan yang ada di gerbang masuk. Tempat wisata religi tanpa biaya masuk ini terbuka untuk umum, tak terkecuali untuk masyarakat non tionghoa atau non Budha.

Walaupun tak ada penjagaan ketat, namun ada satu papan pengumuman yang menginformasikan jam berkunjung dan peringatan lainnya. 'Maaf!!! Tempat ibadah buat tamu jam berkunjung jam: 06.00-18.00 WIB. Dilarang manggang-manggang, pacaran dan anak sekolah berseragam. Terimakasih' Peringatan yang cukup unik, hehe...

Dari gapura, masih dibutuhkan perjalanan sejauh 1 km. Diawali dengan jalan tanah yang belum diaspal, hingga bertemu dengan jalan bersemen yang terjal menuju ke lokasi kuil. Tapi, hati-hati aja kalo boncengan dengan motor bebek, kasian motornya, nggak kuat.... hehe...

Kuil yang berarsitektur khas yang didominasi dengan warna merah ini berdiri tegak berdampingan dengan sebuah batu granit besar di atasnya. Dilengkapi dengan sebuah kolam yang dihiasi dengan patung naga. Kolam dipenuhi dengan ikan nila, ikan koi dan uang logam. Loh, ada koin juga? Iya, seperti kepercayaan di mana-mana, melempar koin ke dalam kolam ini dipercaya bisa mengabulkan permohonan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun