Akhirnya si cantik dan smart, Dian Sastrowardoyo melepas status singlenya, setelah dipersunting Indraguna Sutowo pada Selasa, 18 Mei 2010. Resepsi yang kental dengan nuansa adat Jawa pun digelar pada Sabtu, 22 Mei 2010 (yang ikutan kondangan tunjuk jari, hihi...)
Apa yang menginspirasi dari pernikahan super ini? Terlepas dari kontra sosial yang menyeruak seiring dengan pernikahan megah sang artis, ada beberapa sisi positif yang bisa dilirik. Yah, seenggaknya kita nggak berpikir negatif mulu, daripada jadi penyakit hati, hehe...
Dibalik perayaan pernikahan yang serba wah, Dian Sastro dan Indraguna ternyata tidak melakukan prosesi foto pre wedding. Keputusan yang tidak biasa, apalagi untuk ukuran Dian Sastro, dengan alasan foto pre wedding hanya pemborosan saja. Dian-Indra memilih ajang narsisnya pas hari H aja. Nah loh...
Jadi sesi foto pre wedding sebenarnya bukan harga mutlak yang wajib dilakukan. Sah-sah saja tidak dimasukkan dalam daftar perencanaan pernikahan, dengan bermacam-macam alasan tentunya. Nggak gaul? Nggak ngikuti jaman? Nggak masalah kok, Dian Sastro aja nggak, hehe... Ntar foto prewednya bisa diganti dengan foto after wedding. Kalo misalnya hanimunnya di Bali, bisa dicoba tuh foto ala pengantin Bali... (nulissambilmengkhayal.com).
Di momen pernikahannya itu, Dian Sastro yang seorang mualaf, memanfaatkan peristiwa bahagia itu untuk menunaikan salah satu kewajibannya kepada Sang Khalik. Hal ini diungkapkan Dian Sastro dalam jumpa pers pernikahannya. "Saya juga masih belajar, tetapi saya sudah niat lama saat diajak nikah sama Indra. Saya berniat ingin khatam Al-Quran karena saya juga baru belajar Islam setelah mualaf." Dan niat Dian inipun diamini Indra. "Kayaknya saya harus benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih mendalami agama saya, karena buat apa kita masuk ke jenjang pernikahan kalo kita sendiri belum bisa menyelesaikan kewajiban sebagai pribadi, apalagi ada kaitannya dengan Yang di Atas. Ini niatan pribadi saya. Alhamdulillah Indra juga selalu mendukung saya untuk belajar dan Alhamdulillah kemaren sudah khatam."
Khatam Al-Quran seperti yang dilakukan Dian Sastro telah menjadi sebuah tradisi dalam adat pernikahan. Wajibkah? Nggak juga, tapi nggak ada salahnya juga kan kalo kita melakukan sesuatu untuk menambah kekayaan rohani kita. Khatam Al-Quran hanya satu contoh saja. Masih banyak hal-hal lain yang bisa dicoba, tergantung niat. Misalnya khatam terjemahan Al-Quran, menghapal Surat Yasin, atau fasih juz 30 yang kebanyakan berupa ayat-ayat pendek. Untuk agama lain, juga bisa kok. Target paham Al-Kitab, dan lain-lain sebelum pemberkatan pernikahan. Nah, niat ini cukup pribadi sendiri aja kok yang tau, dan Tuhan tentunya, jadi nggak perlu ada acara khusus. Paling nggak sebagai awalan yang baik dan diharapkan sebagai berkah sebelum memulai kehidupan yang baru.
Selain niat khatam Al-Quran, Dian Sastro juga berniat mewujudkan impian masa kecilnya di hari pernikahan. Iya, impian memakai pakaian adat khas Yogyakarta, dodotan. “Seneng banget pakai baju dodotan ini. Dari kecil buat aku udah impian banget,” kata Dian saat konferensi pers sebelum resepsi pernikahan di ruang Cendrawasih, JCC, Senayan, Jakarta.
Nah, inspiring kan... Di tengah-tengah maraknya kebaya modern minim ciri khas satu daerah, ternyata pakaian adat khas masih mendapat tempat, khususnya di hati seorang Dian Sastro. Persis impian saya juga, pengen banget pake pakaian adat Palembang ntar pas nikah, hehe... Pakaian adat memberikan kesan megah, benar-benar seperti raja dan ratu... Dan Dian Sastro dalam balutan dodotan, menjelma bak putri keraton, dan Indraguna sebagai pangerannya.
Segini dulu deh secuil nilai-nilai positif oleh-oleh dari pernikahan Dian Sastro. Buat Dian Sastro-Indraguna, met menempuh hidup baru deh...
Sumber info: www.kompas.com www.detiknews.com www.okezone.com
sumber foto: http://lifestyle.fajar.co.id