Apa salahnya mempunyai resolusi yang unik? Setiap manusia bisa berimajinasi menjadi siapa saja dan melakukan apa saja. Syukur kalau menjadi kenyataan, tapi kalau hanya khayalan juga tidak mengapa. Nothing to loose, he he. Aku biasa berkhayal yang tinggi-tinggi. Bukan, maksudnya bukan terbang mengawang-awang atau kepingin menjadi bintang. Basi ah. Harus cari sesuatu yang lain dari yang lain. Aku tidak ingin sama seperti yang lain. I like to be different.
Ini dia resolusiku tahun 2017; saya ingin menjadi istri dari Presiden Amerika Serikat yang baru, yaitu Donald Trump. Lho, bagaimana dengan istrinya Melanie Trump, mau dikemanakan dia. Ah gampang, singkirkan saja dia. Begitulah skenario yang biasa dijalankan di film-film Hollywood. Soal cara, bisa seribu satu jalan. Yang penting tetapkan dulu satu tujuan utama; menikah dengan Donald Trump.
Apa itu mungkin? lha wong menyaingi Melanie Trump saja susah kok. Melanie masih cantik, bertubuh langsing dan modis. Â Sedangkan aku, bertubuh agak gemuk (ingat, agak gemuk. Bukan gendut). Kulit juga bukan putih, tapi setidaknya lebih cerah dari orang kebanyakan. Melanie kemana-mana naik mobil mewah, tapi aku keluyuran pakai Commuter Line. Tapi kalau soal kecerdasan, boleh diuji dong, yang jelas aku tidak pernah meniru pidato orang lain seperti Melanie meniru pidato Michelle Obama.
Perbedaan itu bukan halangan. Tentu saja untuk itu aku harus berusaha keras. Pertama adalah mempermak diri, atau bahasa kerennya make over agar tampil lebih menarik. Aku harus mulai olahraga lagi agar badan ini mengecil dan akhirnya bisa selangsing Melanie. Nah setelah langsing, tinggal dandan yang anggun dengan pakaian yang berkelas. Mudah-mudahan ada rejeki buat beli baju yang bagus. Lebih baik lagi kalau ada yang menyokong dan membelikan baju-baju yang aku butuhkan.
Berhubung aku seorang muslimah dan mengenakan hijab, maka aku akan memakai pakaian muslimah. Lho kok? Bukannya Donald Trump tidak suka sama orang islam. Haa! justru itu yang menjadi tantangan. Aku mau tunjukkan bahwa seorang muslimah bisa terlihat cantik menarik plus anggun walau mengenakan pakaian yang menutupi seluruh anggota tubuh perempuan. Aku akan tunjukkan bahwa perempuan muslim bisa secantik dan seanggun Putri Diana, The Princess of Wales (ketahuan deh aku pengagum Putri Diana).
Maka berangkatlah aku ke negeri Paman Sam dengan sponsor dari organisasi internasional, mungkin yang berafiliasi dengan PBB atau badan dunia lainnya supaya Donald Trump tidak bisa mengusir aku dengan mudah. Aku diterima meski mendapatkan penjagaan yang cukup ketat karena namaku jelas mencerminkan keislamanku. Namun dengan upaya yang gigih, diplomasi yang ulet dan bantuan para relasi, aku berhasil diundang dalam jamuan kenegaraan di Gedung Putih.
Eit, jangan menyangka aku langsung mendekati Donald Trump. Dia pasti curiga. Maka aku dekati Melanie yang terlihat kaku dan stress selama tampil dekat suaminya. Aku sudah pelajari bahwa dia mendapat tekanan dari laki-laki yang mirip Joker itu. Melanie seperti robot yang harus melakukan ini-itu sesuai kehendak Trump. Dengan ditemani duta negara sahabat seperti Singapura, aku berkenalan dengan Melanie.
Untuk mengambil hatinya, saya melempar senda gurau secara halus yang bisa membuat Melanie tersenyum tanpa dipaksa. "Senyum anda tampak indah jika ikhlas, Nyonya," saya berkata sungguh-sungguh. Entah malaikat mana yang membuat dia betah bersama saya.Â
Ketika Donald Trump menyadari istrinya ngobrol dengan perempuan muslim, ia melotot dan cemberut. Dengan gerakan mulutnya ia memerintahkan Melanie kembali ke sisinya. Aku cuek saja. Tapi dari tatapan Melanie yang seakan minta maaf, aku tahu aku berhasil mengambil hatinya.
Rencanaku berjalan lebih baik dari yang kuduga. Melanie mengundang minum teh melalui perantaraan duta besar negara sahabat. Pucuk dicinta ulam tiba. Aku yang telah mempelajari hobinya, sengaja megajak Melanie ngobrol ngalor ngidul tentang hal-hal yang disukainya. Ia tampak bahagia tanpa keberadaan suaminya, lebih lepas tertawa dan bercanda. Namun kemudian ia buru-buru pamit, karena kepergiannya dibatasi waktu oleh Trump.
Singkat cerita, aku berusaha menanamkan pandangan bahwa kebahagiaan itu lebih penting daripada menjadi lady first AS. Aku bilang, bisa-bisa dia amenjadi gila bila selalu hidup dalam tekanan. Aku membujuknya untuk melepaskan diri dari pengaruh Trump. Kalau bercerai, toh dia akan mendapat harta gono-gini yang lumayan.  Untunglah sebagai penulis aku mempunyai seribu satu kata yang halus untuk melakukan brain washing terhadap perempuan cantik ini.