Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Palyja: Di Mana Air Mengalir Sampai Jauh

26 Maret 2016   15:17 Diperbarui: 26 Maret 2016   15:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Penjernihan air di Pejompongan oleh Palyja (dok.pribadi)"][/caption]

Penyediaan air bersih untuk  kota besar seperti ibukota Jakarta, bukanlah hal mudah. Banyak kendala yang harus dihadapi. Berdasarkan studi PAM Jaya,  ketahanan air Jakarta hanya 3 % saja. Padahal kebutuhan air  untuk  Jakarta rata-rata 100 liter/hari/orang dikalikan 10 juta jumlah penduduk Jakarta, ditambah dengan adanya gedung-gedung perkantoran pemerintah dan swasta. Kebutuhan yang tinggi akan air tentu tidak bisa ditanggulangi sendiri oleh PAM Jaya, karena itu BUMN ini menggandeng mitra dua operator yang mengatur tata kelola air yaitu PALYJA (PT PAM Lyonnaise Jaya) dan Aetra. Palyja menangani wilayah bagian Barat Jakarta, sedangkan Aetra mengelola bagian timur.

Lalu, darimanakah sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut? Kenyataan yang harus dihadapi,  kondisi sungai-sungai yang seharusnya bisa menjadi sumber air semakin buruk. Sungai-sungai yang melewati Jakarta seperti Ciliwung, Pesanggarahan atau Cisadane telah tercemar limbah dan polusi. Hal ini mengakibatkan adanya kandungan amoniak yang tinggi pada air di sungai-sungai tersebut. Supaya layak dikonsumsi, maka air tersebut harus melalui beberapa tahap penjernihan. Itu pun hanya mampu memenuhi sekitar 30 % saja. Berarti sungai bukan pemasok utama kebutuhan air Jakarta.

Ternyata air harus didatangkan dari tempat yang jauhnya lebih dari 100 km, yaitu dari waduk Jatiluhur. Waduk ini menyuplai kebutuhan air Jakarta sekitar 62%. Dari tempat tersebut air mengalir melalui pipa-pipa besar hingga ke ibukota. Begitu jauh perjalanan air ini sehingga memungkinkan adanya ketidakamanan pasokan air. Misalnya jika ada kebocoran pada pipa-pipa di tempat yang berbeda, atau juga karena pencurian air oleh oknum penduduk. Ancaman lain adalah bencana alam yang kerap terjadi pada musim hujan.

Menguak bagaimana liku-liku tata kelola air membuat kita geleng-geleng kepala. Selama ini kita hanya tahu bahwa air harus disediakan pemerintah demi rakyat. Dalam Acara Nangkring Bersama Palyja, Senin, 21 Maret 2016 lalu, para kompasianers menjadi melek dengan persoalan air bersih. Hadir sebagai narasumber adalah tim lengkap dari Palyja. Mereka menerangkan dengan gamblang bagaimana cara Palyja mengelola air bersih untuk memenuhi kebutuhan Jakarta.

Hal yang merisaukan kita adalah begitu rendahnya pemahaman dan kesadaran penduduk Jakarta untuk melestarikan air. Sampai saat ini pencemaran sungai terus terjadi. Sungai dijadikan tempat sampah raksasa. Sebanyak 1.316.113 meter kubik air limbah mengalir ke 13 sungai yang ada di Jakarta. Padahal banyak makhluk hidup yang bergantung dengan air sungai. Bukah hanya itu, sungai juga  telah tergerus oleh bangunan-bangunan liar dan penggunaan tepian sungai yang tidak pada tempatnya. Mengingat hal itu, Palyja mengajak kita untuk giat melestarikan air.

[caption caption="Budi Susilo menguraikan tata kelola air oleh Palyja (dok.pribadi)"]

[/caption]"Air harus menjadi tanggung jawab kita semua. Palyja menjadi bagian terdepan untuk menjaga kelestarian air," tegas Budi Susilo (Direktur Customer Service Palyja). Karena itulah, acara Nangkring Kompasiana kali ini bertajuk #Bersama Demi Air.

Berdasarkan perjanjian dan kontrak kerjasama, pengelolaan air bersih didelegasikan kepada swata sejak tahun 1997. Segala aset utilitas dengan sendirinya digunakan kedua operator swasta, tetapi harus dikembalikan lagi ketika kontrak tersebut berakhir. Palyja yang mengelola wilayah Barat, menggunakan fasilitas milik PT PAM Jaya, terutama kantor dan instalasi yang ada di Penjernihan, Pejompongan.

Palyja sendiri merupakan perusahaan patungan antara SUEZ Dengan Astratel Nusantara. Kita mengenal Suez sebagai perusahaan manca negara yang beroperasi di wilayah Terusan Suez, yang membelah benua Amerika. Sedangkan Astratel adalah anak perusahaan milik PT Astra International Tbk yang telah lama beroperasi Di Indonesia. Komposisi saham Palyja adalah 51% milik Suez dan 49% milik Astratel Nusantara.

Meski begitu, kita tidak perlu kuatir terjadi swastanisasi BUMN. Palyja hanya mengurus tata kelola air dengan kontrak untuk kurun waktu tertentu. Sedangkan PT PAM Jaya tetap sebagai pemilik semua aset yang digunakan. Pengelolaan air oleh swasta justru dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam hal ini adalah penyediaan kebutuhan air bersih untuk penduduk Jakarta.

Melihat dari dekat proses penjernihan air

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun