KPK mendapat serangan setelah berani menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi. Padahal Budi Gunawan adalah calon tunggal Kapolri yang sedianya akan dilantik presiden dan telah disetujui oleh DPR. Hal itu terjadi pada pertengahan Januari lalu. Kebanyakan orang beranggapan bahwa serangan itu adalah balas dendam Budi Gunawan dkk kepada KPK. Sepintas memang terlihat demikian. Namun adakah kita berpikir bahwa serangan itu telah direncanakan jauh-jauh hari?
Serangan terhadap KPK sangat sistematis. Ini mengindikasikan bahwa hal ini dilakukan berdasarkan konspirasi tingkat tinggi. Ibarat seorang petinju, KPK mendapat pukulan yang bertubi-tubi, kena jab dari kiri dan kanan, kena hook dari atas dan bawah, bahkan juga kena seruduk. Tidak sedikit pihak-pihak yang menganggap bahwa KPK menjadi penghalang karir seseorang atau tujuan penting dari kelompok tertentu. Mereka bisa bersatu padu untuk mengenyahkan kerikil yang dianggap menganggu. Dan semua itu harus terjadi di tahun 2015.
Jika kita tilik dari kepentingan politik, maka ada beberapa alasan mengapa KPK mendapat serangan awal tahun:
1. Adanya Pilkada serentak. Pilkada yang bakal dilangsungkan secara bersamaan oleh KPU ini akan memunculkan persaingan yang luar biasa dari kandidat masing-masing partai. Walaupun telah ada yang mengikat diri dalam koalisi permanen, hal itu tidak cukup menjamin bahwa mereka akan memenangkan pertarungan dalam pilkada. Permainan kotor seperti money politic pasti akan terulang meski berusaha secara diam-diam. Jika KPK mengendus akan hal ini, mereka takut calon yang digadang-gadang akan gagal menjadi penguasa daerah.
2. Banyak pejabat yang terlibat dan masih melakukan korupsi. Baik itu mereka yang bercokol di Legislatif, Yudikatif maupun eksekutif. Personel KPK menyadari masa tugas yang tinggal delapan bulan lagi sehingga ngebut untuk menyelesaikan banyak kasus. Ini membuat orang-orang yang merasa telah diintai semakin panik. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari jerat KPK dan kong kalikong dengan banyak pihak yang senasib. Dalam hal ini lawan bisa menjadi kawan. Mereka bekerjasama untuk melemahkan KPK.
3. Misi untuk Membubarkan KPK. Di akhir masa tugas Abraham Samad dkk yang tinggal delapan bulan, ada kesempatan untuk memberikan citra buruk kepada KPK dengan seolah-olah bahwa para pimpinan KPK juga terlibat kasus pelanggaran hukum. Jika konspirasi mereka berhasil mengacaukan KPK, ada dua keuntungan yang didapat. Pertama kinerja KPK tidak maksimal sehingga banyak dari oknum yang  terlibat akan selamat. Kinerja yang buruk akan mengurangi respek masyarakat kepada KPK. Kedua, dengan mengarahkan bahwa para pimpinan KPK adalah pelanggar hukum maka citra KPK akan buruk di mata masyarakat. Kedua hal ini diharapkan akan mendorong terciptanya opini bahwa KPK layak dibubarkan.
Jika KPK dibubarkan, para penjahat yang sesungguhnya akan bergembira ria. Percayalah, mereka ada di semua partai, juga ada di setiap lini lembaga negara, baik itu eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Mereka telah menjadi mafia yang menggerogoti Republik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H