Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lee Kuan Yew dan Kebebasan Pers

27 Maret 2015   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14275109961700271555

Tak banyak orang tahu sikap dan pandangan Lee Kuan Yew mengenai kebebasan pers. Pada umumnya kita berpikir bahwa Singapura sebagai negara maju dan modern, bekas koloni Inggris yang menjiplak pola kehidupan dunia Barat, pasti memberikan ruang yang sebebas-bebasnya untuk pers. Padahal kenyataannya tidak demikian. Lee Kuan Yew tidak antipers, tetapi juga tidak membiarkan pers berbuat seenaknya.

Pada tahun 1970-an, Lee membiarkan koresponden asing melaporkan apa pun yang mereka sukai. Tidak ada sensor, tetapi mereka tidak boleh campur tangan urusan nasional. Surat-surat kabar boleh dimiliki oleh orang asing. Pada saat itu mayoritas saham semua surat kabar di Singapura dimiliki orang Malaysia dan Siingapura. Mereka boleh memanfaatkan pimpinan dan keterampilan jurnalistik asing. Para wartawan bebas mengkritik, tetapi tidak boleh 'menyabot dan menjegal keunggulan pemerintah yang telah dipilih'. Bagi Lee, itu adalah tugas partai politik, bukan tugas surat kabar.

Pada Konperensi Lembaga Pers Internasional di Helsinki 1971, Lee mengatakan bahwa media massa dapat membantu menampilkan problem-problem Singapura secara sederhana dan jelas, kemudian menjelaskan problem-problem tertentu dapat dipecahkan. Lee menghendaki agar media massa memperkuat, dan bukan menggerogoti  nilai-nilai budaya dan sikap-sikap sosial yang ditanamkan di sekolah-sekolah. Lee percaya bahwa media massa dapat menciptakan dunia di mana rakyat menjadi tekun mencari ilmu pengetahuan, keterampilan dan disiplin dari negara-negara maju.

Bahaya Kebebasan Pers

Selanjutnya Lee menekankan bahwa ada bahaya tersembunyi dari kebebasan pers yang tidak berbatas.  Lee menyebutnya adanya pertarungan yang makin meningkat merebutkan wilayah Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan di mana negara-negara besar berusaha memengaruhi Singapura. Singapura menerima siaran radio dari AS hingga Cina. Kantor-kantor asing menggunakan wakil-wakil setempat untuk mendirikan surat-surat kabar baru untuk mendapatkan keuntungan politik.

"Dalam situasi semacam itu, kebebasan pers atau media massa harus tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan mendesak demi integritas Singapura, tunduk pada keunggulan tujuan pemerintah terpilih," tegas Lee Kuan Yew.  Pemerintah Lee mengambil langkah-langkah tegas karena ada kekuatan pemecah belah dalam gaya hidup yang berbeda. Namun Lee yakin terdapat cukup kesatuan untuk membawa Singapura maju ke arah taraf hidup yang lebih tinggi, tanpa itu media massa tidak akan berkembang pesat.

Dunia internasional kemudia mengenal krisis pers yang sebenarnya pada tahun 1971 tersebut. Lee mulai secara terbuka mengingatkan surat-surat kabar Singapura untuk tidak mengikuti politik komunal. Ia memberikan kekhususan pada Berita Harian (surat  kabar melayu), Nanyang Siang Pau (Cina), dan Singapore Herald) (berbahasa Inggris). Lee menilai ketiga surat kabar ini menarik ke arah yang berlawanan, mereka bisa menjungkirbalikkan masyarakat Singapura. Berita Harian (yang dimiliki Strait Times) segera melakukan penyesuaian atas teguran Lee, tetapi dua lainnya tidak. Karena itu Lee terpaksa mengambil tindakan tegas.

Pada tanggal 2 Mei 1971, pengurus-pengurus senior Nanyang Siang Pau, yaitu Lee Mau Seng. Shamsudin Tung Pao dan Ly Singko ditangkap dengan tuduhan mengagungkan komunisme dan membangkitkan sentimen komunal dan sovinisme mengenai bahasa dan kebudayaan. Mereka menghasut masyarakat agar membenci pemerintah. Pada tanggal 11 Mei, Lee menyebarkan teks pidato yang menerangkan tentang "operasi-operasi gelap surat kabar" yang sedang berlangsung di Singapura. Operasi-operasi itu dilancarkan dari suatu negara untuk kepentingan negara asing. Ia menekankan bahwa Singapura memiliki posisi geografis yang sangat penting, maka beberapa negara besar mencoba mengendalikan Singapura sesuai kehendak mereka.

Lee Kuan Yew juga mengungkap skandal-skandal yang dilakukan Singapore Herald dan Eastern Sun. Surat-surat kabar itu menerima aliran dana melalui beberapa orang yang terlibat. Setelah itu Lee juga membongkar beberapa persekongkolan yang dilakukan surat-surat kabar yang dibiayai dana asing. Lee berusaha mencegah masuknya kekuatan asing untuk menguasai Singapura.

Lee Kuan Yew bersikap keras dan tegas kepada pers untuk melindungi Singapura dari cengkeraman pihak asing. Masih ada beberapa tindakan Lee terhadap pers yang memacu kontradiksi di Dunia Barat. Ada reaksi keras yang diperlihatkan Inggris dan Australian. Namun Lee tidak surut langkah.  Bagi Lee, semua yang dilakukan adalah untuk kebaikan masyarakat Singapura sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun