Satu kenyataan dan satu kebenaran telah dilontarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok, bahwa orang yang berlangganan PSK papan atas adalah para koruptor. PSK kelas atas, yang banyak dihuni oleh artis-artis tanggung memang menjadi kegemaran pejabat. Mereka menyukai wajah cantik dan tubuh seksi artis-artis tersebut.
Harga mahal sekitar 80 juta hingga 200 juta bagi pejabat yang bersangkutan, tidaklah memusingkan. Karena dia dapat membiayai nafsu bejatnya dari hasil korupsi. Ingat, bahwa nilai uang negara yang dikorupsi seorang pejabat saja tidak hanya miliaran, tetapi mencapai triliunan. Jika satu pejabat saja booking satu artis seminggu sekali, ditambah makan-makan dan hadiah untuk si PSK dengan pelayanan yang memuaskan. Bisa dibayangkan, berapa banyak uang yang dihambur-hamburkan untuk hobi esek-esek ini.
Sebagaimana narkoba, minuman keras, maka seks juga menimbulkan ketagihan. Apalagi jika ada kondisi dan kesempatan yang memungkinkan. Pejabat bergelimang fasilitas yang dapat digunakannya untuk memuaskan hobi nyeleneh itu. Banyak alasan yang bisa digunakan, terutama jika banyak tugas bepergian keluar kota. Selalu ada yang bisa dikontak untuk menghibur dan melepas penat sang pejabat.
Ini juga merupakan salah satu faktor mengapa korupsi tumbuh begitu subur. Mereka tidak jera atau ketar-ketir terhadap ancaman penjara. Maklum, kalau sudah merasa 'kepenak' apa pun bisa dilakukan. Dengan melemahnya KPK, bahkan membuat para koruptor tak takut lagi mengumbar hobi esek-esek ini. Toh KPK akan kesulitan untuk menangkap mereka. Jangan-jangan, koruptor pelanggan PSK artis termasuk gerombolan yang menyerang KPK.
Sejak dahulu ada.
Memang PSK papan atas sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Ahok juga menandaskan hal itu. "Dari sejak gue masih ngompol juga sudah ada. Cuma kita munafik, pura-pura gak tahu."
Artis yang terjun menjadi PSK sudah menjadi bisnis terselubung. Dahulu, ketika saya masih menjadi jurnalis, ada juga artis dengan inisial AA yang biasa menjadi PSK papan atas. AA yang dulu dengan yang sekarang jelas berbeda, tetapi modusnya sama. AA yang dahulu, masih bertarif sekitar lima juta-an, karena nilai dolar waktu itu masih berkisar sekitar seribu rupiah.
Kasus AA yang sekarang, anggap saja sebagai regenerasi AA yang dahulu. Pelacuran memang salah satu profesi tertua di dunia, sulit untuk diberantas. Mereka akan selalu mempunyai celah untuk menjalankan bisnis tersebut. Selama ada pelanggan, maka akan ada supply untuk itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI