Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kompasiana Ngulik: Kekuatan Lirik Rega

16 Februari 2015   12:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_397222" align="aligncenter" width="240" caption="Rega dalam acara Kompasiana Ngulik"][/caption]

Lirik lagu menjadi kekuatan Rega dalam menjelajahi dunia musik di Indonesia. Hal ini terungkap dalam acara  Kompasiana Ngulik; Ngobrolin Musik dan Lirik, di studio Kompasiana, Jakarta, Jumat 13-2-2015 yang lalu. Rega membeberkan proses penciptaan lagu-lagu yang menjadi andalannya.

Rega memang memiliki kemampuan untuk menciptakan lagu, dan ini menjadi salah satu faktor yang membuatnya lolos dalam ajang pencarian bakat Meet the LAbels 2013.  Kemampuan yang jarang dimiliki oleh penyanyi yang baru terjun di blantika musik. Rega menciptakan sendiri semua lagu-lagunya, tetapi tidak menutup usulan dan masukan dari teman-temannya.

Proses penciptaan lagu, bagi Rega tidak begitu sulit. Karena semua berasal dari pengalaman pribadi, terutama soal cinta. Lagu-lagunya adalah gambaran suasana hati saat lagu ditulis. Jika ia sedang jatuh cinta, inspirasi lagu mengalir dengan lancar. Sebaliknya ketika Rega sedang putus cinta, dalam kegalauan ia tidak bisa menulis lagu, bisa mandeg sama sekali.

"Dari hati banget," kata Rega ketika diminta menggambarkan cipta karya lagu-lagunya dalam tiga kata.

Ketika mendapatkan ilham untuk menulis lagu, Rega biasanya menggunakan secarik kertas untuk mencatatnya. Memang kelihatannya tidak modern, karena zaman sekarang banyak orang yang langsung menggunakan perangkat gadget atau komputer.  Mungkin Rega lebih sreg dengan cara ini, karena kertas mudah dicoret-coret hingga mendapatkan lirik lagu yang paling pas. Rega tidak kuatir kalau kertas itu hilang, sebab ia bisa mengingatnya kembali.

Alat musik yang digunakan ketika menciptakan lagu tidak terbatas pada satu alat saja.  Rega mencari nada-nada yang sesuai dengan  menggunakan gitar  atau keyboard, tergantung keinginannya saat itu. Biasanya ia mendapatkan nadanya dulu, baru kemudian menciptakan liriknya.  Pernah juga Rega mengalami stagnan, sudah membuat reff, tapi verse-nya malah susah.  Uniknya, kalau sedang mepet, akhirnya bisa selesai juga.  Ini yang disebutnya the spirit of kepepet.

Kemampuan Rega menciptakan lagu diuji langsung di depan para kompasianer yang hadir. Kompasianer ditantang untuk memberikan lirik dari puisi  untuk dijadikan lagu oleh Rega. Karena tak ada yang mengacung, akhirnya saya mengajukan diri. Saya melemparkan satu bait puisi kepada Rega.

Mengapa kau masih bermain ilalang. Padahal taman bunga itu ada di hatimu. Angan-anganmu telah tersesat. Pada masa gelap yang panjang.

Gayung bersambut. Rega hanya butuh waktu sekejap untuk menciptakan nada-nadanya. Karena puisi itu melankolis, maka Rega juga menyanyikannya dengan nada melow, sungguh menyentuh.

Rega mulai tertarik untuk menekuni musik  pada saat masih duduk di bangku SMA. Ia dibelikan gitar oleh orangtuanya. Sejak itu ia mulai berlatih memainkan alat musik dan berusaha menciptakan lagu. Bersama teman-teman sepermainan Rega membentuk kelompok atau grup band yang sekarang menjadi pengiringnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun