[caption id="attachment_385785" align="aligncenter" width="300" caption="Cover film serial King Suleiman (nett)"][/caption]
Film serial terbaru Anteve yaitu King Suleiman telah menuai kritik dan hujatan dari kaum muslim di Indonesia. Film yang dikira membeberkan kejayaan Islam pada masa dinasti Ottoman ini justru tidak mengindahkan nilai-nilai islam. Film ini dinilai lebih banyak menampilkan suasana Harem di istana King Suleiman daripada kelebihan King Suleiman dalam menaklukkan Eropa di bawah pemerintahannya.
Dalam film ini kita disuguhi kelemahan King Suleiman terhadap kecantikan dan bujuk rayu budak perempuan dari Ukraina. Seakan-akan King Suleiman adalah budak nafsu. Padahal Raja-raja Ottoman adalah orang-orang yang taat kepada ajaran Islam. Bahkan film ini begitu vulgar menampilkan kemolekan tubuh perempuan, dengan gaun-gaun yang memperlihatkan belahan dada. Ini justru memberi citra bahwa perempuan muslim pada masa Ottoman tidak mengindahkan pakaian yang menutup aurat.
Kalau kita menyusuri sejarah Raja Suleiman  berkaitan dengan sejarah bangsa Tartar dan negara Polandia-Ukraina. Kisah yang ditampilkan adalah salah seorang penghuni Hurrem, yang bernama Alexandra. dalam sejarah dikatakan bernamaRoxane. Wikipedia memuat tentang Roxane adalah Alexandra Lisowska, juga dikenal sebagai La Rossa, seorang permaisuri yang paling dicintai dan istri sah dari Sultan Suleiman. Roxane menjadi perempuan yang sangat kuat dan  berpengaruh dalam kerajaan Ottoman.  Jadi, sesungguhnya film King Suleiman ini adalah memoar Roxane atau Alexandra, bukan kisah tentang sang Sultan.
Orang-orang yang tidak mengetahui tentang sejarah Ottoman akan mendapatkan pemahaman yang salah mengenai Raja Turki yang membawa kejayaan islam di tanah Eropa. Sultan Suleiman tidak menghabiskan waktunya untuk memuaskan nafsu dengan budak-budaknya dari Harem. Ia tidak pernah meninggalkan ibadah dan selalu mencari jalan untuk membesarkan agama islam. Ia banyak memperhatikan kesejahteraan rakyat dan memiliki hukum yang tegas bagi siapa saja yang berkhianat.
Film ini telah diputar di 60 negara dan cukup disukai di Eropa. Jelas kita dapat melihat, kebanyakan orang Eropa yang non muslim senang melihat bahwa Raja Ottoman ini sama dengan mereka, menyukai seks. Apalagi film ini juga menampilkan adegan erotis yang sesungguhnya tidak layak bagi pemirsa di Indonesia. Kita berharap Anteve dapat lebih bijaksana dengan menghentikan pemutaran film King Suleiman. Film ini tidak membawa kemashalatan bagi umat muslim di seluruh dunia.
[caption id="attachment_385791" align="aligncenter" width="300" caption="lukisan La Sultana Rossa, Tiziano Vecelio, 1559 (wiki)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H