Dua belas hari yang lalu, tepatnya tanggal 15 Juli, rakyat Turki merayakan satu tahun gagalnya kudeta yang melibatkan militer dan oposisi. Kudeta tersebut memang merupakan sebuah peristiwa yang fenomenal. Baik bagi Turki sendiri, maupun negara-negara muslim atau pun dunia internasional. Pada saat itu, seluruh perhatian tertuju pada negeri Ottoman tersebut.Â
Posisi wilayah Turki yang strategis di ujung Eropa dan bergandengan dengan Timur Tengah, menjadikan negara itu sangat penting dalam percaturan politik internasional. Turki saat ini merupakan simbol kekuatan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Â Karena itu, adanya kudeta menjadi catatan sejarah penting yang harus dipelajari.
Hal yang menarik adalah reaksi dan komentar orang Indonesia. Sebagaimana diketahui, banyak yang menjadi penggemar Erdogan dan memuja Presiden Turki tersebut. Karena itu, segala yang terjadi di Turki menjadi perhatian tersendiri. Masyarakat Indonesia seringkali membandingkan gaya pemerintahan di sana dengan di tanah air. Padahal situasi di sana dengan di sini jelas berbeda.
Namun, walau bagaimana ada yg bisa kita pelajari dari gagalnya kudeta di Turki.
1. Kesadaran politik
Kekuatan rakyat menjadi pondasi utama dalam mendukung pemerintahan Turki. Dalam hal politik, rakyat Turki memiliki kesadaran yang tinggi, bahwa stabilitas dalam negeri diperlukan agar tidak mudah dihancurkan sebagaimana negara-negara Timur Tengah lainnya. Sebagian besar rakyat Turki tahu, bahwa para pendukung adalah kaki tangan negara adi daya yang membantu pendanaan secara diam-diam.Â
2. Kekuatan Kepemimpinan Erdogan
Sebenarnya Erdogan cenderung keras dan otoriter. Namun gaya kepemimpinan seperti ini memang sangat diperlukan untuk mengendalikan negara-negara yang rawan konflik, terutama yang berada di akwasan Timur Tengah. Dengan cara ini, stabilitas politik lebih terjaga dan situasi bisa dikendalikan. Di samping itu, Erdogan memang memiliki kharisma dan wibawa yang cukup tinggi, dan ditunjang pula dengan kecerdikannya dalam menangani masalah-masalah di negerinya.
 3. Kekuatan Militer
Tak dapat disangkal bahwa militer adalah pemuja Ataturk nomor wahid. Karena itu kepemimpinan Erdogan yang tidak sama dengan Ataturk tidak disukai sehingga militer terpecah menjadi dua. Sebagian menjadi pembenci Erdogan, sedangkan sebagian lagi mendukungnya. Untunglah ada kaum militer reformis yang tetap setia pada Erdogan karena menyadari pentingnya seorang pemimpin seperti dia untuk masa depan Turki. Jendral Umit Dundar sangat berperan dalam menggagalkan kudeta.
4. Kemajuan ekonomi