Tak banyak orang yang tahu bahwa ada satu Vihara atau kelenteng yang dibangun untuk para tukang kayu. Namanya Vihara Lupan, terletak di jalan Pinangsia 1 No. 49, Taman Sari, kawasan kota tua. Di sini saya baru tahu kalau ada Dewa yang melindungi tukang kayu.
Mengapa ada Vihara tukang kayu di Pinangsia? Sebagaimana yang saya sebutkan di artikel sebelum ini, Pinangsia Raya adalah sentra kerajinan kayu pada masa kekuasaan VOC. Vihara Lupan memudahkan tukang kayu untuk beribadah, berdoa kepada dewa-dewa yang melindungi mereka.
Vihara Lupan dibangun oleh Serikat Tukang Kayu dari Guang Dong, dipersembahkan kepada Dewa Lu Ban Gong yang dianggap sebagai pelindung tukang kayu. Selain di sini, ada dua lagi Vihara yang dibangun tukang kayu, yaitu di sebelah Selatan sungai Angke dan di Surabaya.Â
Keturunan Tionghoa yang menjadi tukang kayu berasal dari suku Kong Hu. Mereka telah turun temurun menetap di pulau Jawa. Mereka memiliki keahlian dalam mengerjakan berbagai kerajinan dari kayu. Kedatangan mereka dari Tiongkok melalui beberapa tahap.
Pertama, kedatangan tukang kayu yang berasal dari Kanton ke pulau Jawa sebelum abad 17. Tukang kayu inilah yang kemudian mengajarkan keahlian pada tukang kayu di sekitar tempat tinggal mereka. Kedua, tukang kayu yang datang setelah abad ke 18. Lalu begitu pula dengan abad berikutnya.
Tukang kayu yang tinggal dan berproduksi di Pinangsia dan sekitarnya, telah terorganisir dengan baik. Mereka tinggal bersama dan melakukan berbagai proyek bersama-sama. Di masa penjajahan VOC hingga pemerintahan Belanda, permintaan perabotan kayu sangat tinggi. Mereka bekerja giat dengan menghasilkan produk yang bagus sehingga orang-orang Belanda menyukainya.Â
Karena itulah profesi tukang kayu mencuat menjadi profesi yang terhormat. Merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang menjadi tukang kayu di Pinangsia.Â
Pangeran Lu Pan