Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Stasiun yang Ramah Untuk Lansia Hingga Balita

23 Oktober 2024   21:44 Diperbarui: 23 Oktober 2024   22:15 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area bermain anak di stasiun Senen (dok.pri)

Beberapa tahun terakhir yang menakjubkan di bidang perkeretaapian. Itulah yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun, 2020-2024. Di saat dunia bergelut dengan masalah pandemi, ada yang masih bisa mengembangkan inovasi. 

Saya, seorang pengguna moda transportasi kereta selama puluhan tahun, sangat merasakan hal itu. Pada Maret 2020, saya menggunakan kereta ekonomi bersama teman-teman ke Surabaya. Kereta yang kami tumpangi penuh sesak, panas dan pengap, baik ketika berangkat maupun kembali ke Jakarta. 

Kereta ekonomi berangkat dari stasiun Senen, Jakarta Pusat. Jika kereta yang hendak kita tumpangi bukan berada di jalur satu, maka kita terpaksa ke jalur lain dengan menggunakan under pass, naik turun tangga yang agak merepotkan, terutama jika membawa banyak barang.  Apalagi koper yang sulit dibawa melalui tangga. Bayangkan kalau penumpang yang sudah lansia harus melewati under pass tersebut. 

Anak-anak sering berlarian di sepanjang lorong peron. Padahal banyak orang lalu lalang dengan membawa barang-barang. Mereka rentan terpisah dengan orang tua yang sedang sibuk mengantri tiket kereta. Anak-anak itu juga dianggap mengganggu penumpang yang lain. 

Para pedagang bebas keluar masuk stasiun. Seringkali mereka menambah semrawut suasana di stasiun. Belum lagi calo-calo mobil sewaan yang berteriak-teriak menawarkan jasa. 

Namun kemudian, ketika saya hendak melakukan perjalanan ke Yogyakarta bulan Maret 2023, terjadi perubahan yang signifikan di stasiun Senen. Dalam hati takjub, kok stasiun Senen sekarang keren, tidak tampak kumuh tetapi megah dan modern. 

Lebih heran lagi melihat ada area bermain anak di ruang tunggu di bagian tengah stasiun Senen. Di sini tempat yang tepat untuk orang tua yang membawa anak-anaknya. Mereka tidak lagi berkeliaran di stasiun, tetapi asik bermain dalam area tersebut. Ini memudahkan orang tua mengawasi mereka. 

Saya di stasiun Senen (dok.pri)
Saya di stasiun Senen (dok.pri)

Sekarang bahkan sudah ada elevator yang membuat kita tidak lelah berganti peron. Semua orang, dari anak-anak hingga lansia, tidak mengalami kesulitan di stasiun Senen. 

Stasiun Commuter Line 

Perbaikan stasiun tidak hanya terjadi di stasiun untuk kereta jarak jauh. Tetapi juga stasiun yang dilintasi commuter line.  Bukan hanya bangunan yang direnovasi, gate keluar masuk juga semakin bagus. 

Di beberapa stasiun kecil, akses pintu masuk diperbaiki sehingga tidak membahayakan penumpang. Misalnya di stasiun Bojong Gede, sebelumnya pintu masuk berada di sisi jalan raya. Ini membuat angkot berjejer menambah kemacetan. Kondisi yang cukup mengancam keselamatan penumpang yang ingin menyeberang. 

Maka kemudian di bangun jembatan panjang dari stasiun menuju terminal Bojong Gede. Jadi, penumpang mendapatkan angkot secara aman melalui jembatan tersebut. Untuk naik ke jembatan, telah tersedia elevator yang memudahkan kita. 

Lift di stasiun Citayam (dok.pri)
Lift di stasiun Citayam (dok.pri)

Di beberapa stasiun lain yang cukup sempit lahannya, justru dibangun lift untuk prioritas. Jadi, tidak perlu naik turun tangga yang melelahkan. Misalnya di stasiun Universitas Pancasila dan stasiun Citayam. Saya bersyukur dengan adanya lift ini, karena sudah beberapa bulan menderita sakit di bagian lutut, sangat sulit jika harus melalui tangga. 

Stasiun Manggarai, merupakan stasiun transit terbesar. Maka di stasiun ini fasilitas sangat lengkap. Toilet untuk prioritas juga disediakan sehingga tidak perlu mengantri di toilet umum.  Dalam berpindah peron, prioritas bisa menggunakan lift maupun elevator. 

Satu hal lagi yang membuat saya merasa terbantu, di Musala stasiun ada kursi lipat yang disediakan untuk kaum prioritas yang tidak bisa lagi Salat secara normal. Berhubung lutut saya sering sakit, kursi-kursi ini menjadi alat penolong yang sangat berarti.

Acungan jempol saya berikan kepada petugas-petugas KAI yang selalu siaga membantu siapa saja yang membutuhkan. Ketika saya sedang terpincang-pincang, petugas menghampiri saya dan menuntun hingga saya bisa duduk. Bahkan ketika turun dari kereta, petugas menyibukkan jalan agar saya bisa turun dengan aman.b

Saya lihat juga mereka memperlakukan kaum disabilitas dengan sangat baik. Penumpang yang tuna netra dibimbing dengan sabar hingga merasa nyaman naik kereta. Untuk orang sakit dan lemah, petugas juga sigap menyediakan kursi roda. 

Stasiun-stasiun memberi jalan khusus bagi kaum prioritas. Mereka yang disabilitas tanpa kesulitan keluar masuk stasiun dengan jalan yang memudahkan, lengkap dengan pegangan tangan. 

Didiek Hartantyo 

Untuk semua perubahan yang memudahkan itu, saya sangat berterima kasih kepada Didiek Hartantyo yang menjadi Direktur Utama KAI sejak tahun 2020 hingga sekarang. Saya tidak meragukan dedikasi beliau untuk masyarakat pengguna moda transportasi kereta. 

Saya yakin bahwa Didiek Hartantyo masih memiliki banyak rencana spektakuler untuk kemajuan KAI. Beliau akan terus berinovasi memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia.  Di bawah kepemimpinannya, KAI mengalami masa keemasan. Ia mencurahkan segala daya untuk pengembangan KAI agar semakin bermanfaat bagi masyarakat. 

Memang untuk menjadi pemimpin tidak mudah, tetapi Didiek Hartantyo telah membuktikan bahwa dia adalah pemimpin yang layak menjadi panutan. Beliau menjadi contoh bagi pemimpin -pemimpin lain yang berada di bidang lainnya. 

Hal ini diakui oleh mereka yang berada di lingkup KAI. Didiek Hartantyo adalah pemimpin yang menghargai kerja keras anak buahnya. Mereka merasa "di uwongke" oleh beliau. Ini membuat mereka merasa bangga bekerja di KAI. 

Didiek Hartantyo, Dirut KAI (dok.mix Marcom)
Didiek Hartantyo, Dirut KAI (dok.mix Marcom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun