Bahkan di Indonesia, banyak tokoh-tokoh perempuan yang dikenal sebagai pahlawan, seperti Cut nyak Dien, RA Kartini, Dewi Sartika, Laksamana Keumala Hayati dan lain-lain. Pada zaman sekarang, kita melihat kekuatan dari perempuan cerdas seperti Sri Mulyani, Retno Marsudi, Susi Pudjiastuti dan tokoh-tokoh lainnya.Â
Maka, sebaiknya pemerintah memberikan antensi terhadap eksploitasi tubuh perempuan melalui ajang kontes ratu-ratuan tersebut. Sudah saatnya event yang tidak memberikan manfaat kepada masyarakat ini dihentikan. Masih banyak cara yang bisa ditempuh agar perempuan Indonesia dapat berkiprah di dunia internasional.Â
Sejak Awal Berdiri sudah Bermasalah
Mungkin ada baiknya kita mengetahui bahwa penyelenggaraan Miss Universe sudah bermasalah sejak awal berdirinya. Pada tahun 1952, kontes Miss America diselenggarakan. Sebuah perusahaan yang memproduksi baju renang, meminta agar para peserta memakai baju renang produksinya. Namun permintaan itu ditolak.Â
Perusahaan ini, Pasifing Knitting Company akhirnya mengadakan kontes Miss Universe untuk memasarkan produk-produk mereka. Ajang ini akhirnya berkembang pula hingga tingkat internasional.Â
Perempuan-perempuan yang mengikuti kontes Miss Universe tidak menyadari bahwa mereka hanya alat pemasaran. Tubuh mereka dieksploitasi untuk keuntungan perusahaan tersebut. Para peserta kontes gembira mendapatkan hadiah sebesar 250.000 dolar AS. Padahal keuntungan yang diraup dalam penyelenggaraan Miss Universe mencapai 56,8 miliar dolar AS.Â
Nah, sungguh merugikan kaum perempuan bukan? Karena itu, jangan tertarik pada acara seperti ini kecuali mau kembali ke zaman jahiliyah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H