Sabtu, 10 Juni yang lalu saya dan 14 orang lainnya bersuka ria di Bogor. Yup, kami bergabung dalam event kolaborasi Click -KPK ke Batutulis. Destinasi pertama adalah meluncur ke tempat yang paling jauh, yaitu Laksa Pak Inin di Cihideung.Â
Seperti biasa, kamu berkumpul dulu di stasiun Bogor, sebelah alun-alun Bogor. Memang di sini tempat teduh karena ada pohon rindang, serta pemandangan menarik dari bangunan antik stasiun Bogor yang berdiri sejak 1881 ini.Â
Ada mistery guess yang saya sendiri tidak tahu siapakah dia. Soalnya mas Rahab sangat pandai merahasiakannya. Saya terkejut sekaligus gembira setelah mengetahui orangnya. Ternyata dia adalah Indah Noing, yang sebelumnya saya ketahui sedang berada di Hungaria bersama keluarga.Â
Setelah melepas kangen, kami berangkat dengan menggunakan taksi online menuju lokasi. Tidak terlalu lama sih, jaraknya kurang dari 6 km. Kebetulan perjalanan lancar, tanpa kemacetan yang berarti.
Di dalam mobil saya, semua perempuan termasuk mbak Indah Noing. Selain itu ada Sukma Tom, Diah Woro, Hidayah Qudus dan Sonta Friska Manalu. Mobil menjadi berisik dengan celoteh kami. Maafkan kamu ya Pak driver. Kami terlalu antusias dalam kegiatan ini. Maklum jarang ada pertemuan tanpa event.Â
Laksa Pak Inin
Eh ternyata mobil kami yang pertama tiba di lokasi Laksa Pak Inin. Langsung saja saya masuk ke dalam dan memesan untuk rombongan pertama ini. Kebetulan dulu sudah pernah ke sini bersama komunitas Koteka, jadi sudah familiar dengan tempat ini.
Dengan sigap, warung yang dikelola keluarga tersebut melayani pesanan. Piring-piring berjejer dan diisi dengan laksa yang panas. Proses pembuatan bisa disaksikan langsung oleh pengunjung karena dapur justru menghadap ke jalan raya.
 Laksa Pak Inin itu sudah legendaris, berdiri sejak 1965. Meskipun begitu, tak banyak perubahan yang signifikan. Warung makan tetap sederhana, dengan dinding kayu. Namun ada deretan foto-foto berpigura di dinding yang memperlihatkan betapa banyak pesohor yang pernah menikmati laksa ini.
Hebatnya, memang soal cita rasa laksa juga mampu dipertahankan, tetap lezat. Padahal Pak Inin sendiri sudah digantikan oleh keturunannya. Bukti bahwa resep turun menurun sangat ampuh mendulang rezeki.Â