Naik becak motor dengan trek yang tidak seberapa besar. Memang tidak ada kendaraan lain kecuali motor. Persinggahan pertama adalah kompleks makam Raja Ali Haji. Ini adalah kompleks makam utama.
Raja Ali Haji lahir pada tahun 1809, keturunan Bugis -Melayu. Ia ikut menunaikan ibadah haji bersama ayahnya pada usia muda, tahun 1821  berusia 13 tahun. Raja Ali Haji ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pusat pada tahun 2004.Â
Beliau yang membakukan bahasa Melayu, induk dari bahasa Indonesia. Selain itu menulis sejarah Bugis -Melayu di Riau . Karya sastranya yang terkenal adalah Gurindam 12 pasal yang mengandung nasihat kehidupan, diciptakan tahun 1847. Raja Ali Haji seorang pujangga yang juga mendapat julukan Bapak Bahasa.
Namun Raja Ali Haji ditetapkan sebagai pahlawan bukan hanya karena berjasa di bidang bahasa dan sastra. Dia juga melakukan perlawanan kepada penjajah Belanda yang berusaha memasuki Riau. Ada benteng pertahanan di tengah pulau Penyengat. Raja Ali Haji meninggal di pulau ini sekitar tahun 1873.
Makam Raja Ali Haji sendiri ada di bagian luar dekat pintu gerbang. Sedangkan di dalam rumah (ruangan khusus) adalah makam Raja Hamidah, yang merupakan Tante dari Raja Ali Haji. Di dalam ruangan Raja Hamidah, dindingnya dipenuhi gurindam 12 pasal.Â
Ada seorang kuncen (penjaga makam) yang akan menjelaskan sejarah tentang kesultanan Riau, terutama keluarga Raja Ali Haji. Nah, sebaiknya kita memberi sumbangan seikhlasnya kepada kuncen tersebut.Â
Jangan lupa juga berdoa di sana. Menurut kuncen, berdoa di sana Insya Allah makbul karena mereka adalah para waliyullah. Boleh percaya boleh tidak. Kalau saya, jelas mendoakan beliau-beliau untuk mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Â
Lalu kita melanjutkan perjalanan dengan becak motor. Banyak kompleks makam raja-raja lainnya, tapi karena sudah pernah beberapa kali, saya tidak mampir. Kita juga melewati istana kantor. Istana ini yang menjadi pusat pemerintahan kesultanan Riau, masih kokoh meski tidak boleh dimasuki pengunjung.Â
Balai adat Melayu