Wah dia menjadi sangat bangga mengenal saya. Bahkan ketika saya tampil lagi, ia memberi tahu keluarganya. Mereka menonton acara Kompasiana TV beramai-ramai.Â
Kami semakin akrab dan akhirnya seperti kakak beradik. Dia menjadi kakak angkat, saya memanggilnya mbakyu. Dia minta jika saya ke Yogyakarta, agar bermalam di rumahnya. Saya mengabulkan permintaan tersebut.Â
Pada kesempatan bertandang ke Yogyakarta, saya tidak ke rumah saudara sepupu tempat biasa menginap. Saya justru ke rumah kakak angkat ini. Dia menjemput di stasiun. Rumahnya asri dan teduh, dekat perkebunan salak pondoh.Â
Kami pun saling bercerita. Kebetulan semua anak-anaknya telah menikah. Dia dan hanya tinggal bersama suaminya berdua. Mereka suami istri yang ramah, dalam sekejap saya merasa seperti di rumah sendiri.Â
Waktu itu Yogyakarta juga sedang meriah, ada pasar malam di alun-alun. Kami mengunjungi keraton dan berkeliling. Sang suami yang membawa mobil dan ikut mengantar kemana saja kami pergi.Â
Setelah puas bersilaturahmi beberapa hari, saya pamit pulang ke Depok. Dia memberikan bekal yang cukup banyak seperti baju-baju dan makanan. Padahal saya cuma membawakan mereka cinderamata dari goodie bag yang saya terima.Â
Kami terus berhubungan melalui pesan di Facebook, ia tahu saya aktif di media sosial tersebut. Dia selalu ingin mengetahui aktivitas saya sebagai penulis. Artikel-artikel saya juga dibacanya.Â
Namun sayang saya belum sempat mengunjunginya lagi, dia meninggal dunia. Saya sedih sekali mengingat kebaikannya. Dia meninggal karena sakit, menyusul suaminya yang wafat beberapa bulan sebelumnya. Saya baru tahu ketika putrinya mengumumkan di Facebook. Alfatihah untuk kakak angkat saya, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.Â