3. Keterlibatan putri Rafsanjani
Hashemi Rafsanjani, putri dari mantan presiden Iran Rafsanjani, ikut menggerakkan demonstrasi di Iran. Kini dia harus menanggung akibatnya, ditahan bersama pendemo yang lain. Sampai di mana keterlibatan tokoh perempuan ini?
Rafsanjani memang merupakan pemimpin yang lebih moderat, ia dikenal sebagai seorang intelektual. Tetapi perlu dipertanyakan apakah keterlibatan keluarga Rafsanjani sebatas ingin melakukan pembaharuan dan reformasi? Bagaimana jika sekiranya mereka juga bekerjasama dengan Amerika Serikat untuk kembali ke tampuk kekuasaan?
Ada baiknya kita mengingat ketika Uni Soviet berada di bawah kepemimpinan presiden Mikhail Gorbachev. Pada saat itu Gorbachev melakukan reformasi yang justru membuat Uni Soviet tercerai berai. Beberapa negara bagian melepaskan diri dari ikatan. Reformasi tersebut disambut gembira oleh Amerika Serikat dan kemungkinan didalangi oleh Paman Sam untuk melemahkan saingan terberatnya.Â
Begitu pula dengan kubu  Rafsanjani, ada dua kemungkinan yang menyertai gerakan mereka. Pertama untuk kembali memegang kepemimpinan Iran. Kedua untuk menjadi jembatan Amerika Serikat menguasai Iran.Â
4. Â Peran mantan presiden Rouhani
Ayatollah Rouhani adalah presiden Iran terdahulu, incumbent yang dikalahkan Ebrahim Raisi pada pemilu tahun lalu. Rouhani mirip dengan Rafsanjani yang cenderung untuk lebih moderat.
Lantas adakah peran kubu Rouhani dalam kekisruhan ini? Bisa jadi mereka juga bekerjasama dengan kubu Rafsanjani, atau bahkan menjadi satu tim dengan bantuan Amerika Serikat.Â
Ebrahim Raisi sendiri adalah ulama terkemuka yang diharapkan menjadi pengganti Ayatollah Khamenei. Raisi ahli dalam hukum Islam. Namun agaknya ia cukup hati-hati dalam melangkah agar tidak terjerumus permainan lawan.Â
Presiden Ebrahim Raisi bersungguh-sungguh dalam melakukan pengusutan tentang kematian Mahsa Amini. Jika memang gadis itu kehilangan nyawa karena penganiayaan polisi moral, maka oknum polisi tersebut akan mendapatkan hukuman.Â