Sangat menarik mendengar berita bahwa presiden Rusia Vladimir Putin akan menghadiri pertemuan G20 di Bali mendatang. Apakah ini kabar gembira atau sedih bagi Indonesia. Justru kita harus bergembira, di sini ada kesempatan untuk menunjukkan integritas NKRI.
Sudah santer reaksi dari negara-negara blok Barat, yaitu Amerika Serikat dan sekutunya. Banyak yang merencanakan untuk memboikot pertemuan tersebut. Kemungkinan wakil mereka tidak mau hadir jika ada Vladimir Putin. Sedangkan yang hadir, ingin memaksa agar menekan Rusia menghentikan serangannya terhadap Ukraina.
Bagaimana dengan sikap Indonesia sendiri? Kita jangan terpengaruh oleh gertakan negara-negara Barat. Â Mereka tidak berhak melarang Indonesia mempersilakan Putin datang dalam sidang G20. Ini sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah Indonesia. Kalau mereka keberatan, itu bukan urusan Indonesia.
Mengapa begitu? Ada dua alasan utama:
1. Indonesia adalah pendiri Non-Blok.
Pada masa pemerintahan presiden pertama RI Soekarno, Indonesia membentuk gerakan Non-blok. Gerakan ini adalah organisasi negara-negara yang netral, tidak berpihak kepada blok Barat maupun Blok Timur.
Hal ini untuk mengantisipasi hegemoni negara-negara adidaya yang bernafsu untuk menguasai dunia. Kita menentang penjajahan dalam bentuk apapun. Karena itu dua kekuatan tersebut harus diseimbangkan dengan gerakan Non-blok.
Sebagian besar anggota gerakan Non-blok adalah negara-negara dari Asia Afrika yang sudah mengalami kepahitan dijajah bangsa lain. Karena itu diharapkan gerakan Non-blok bisa meminimalisir dampak benturan dua kekuatan tersebut.Â
2. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Politik bebas dan aktif, maksudnya adalah menentukan sendiri sikap terhadap situasi internasional tanpa ada pengaruh atau paksaan dari negara lain. Negara adidaya pun tak berhak menekan pemerintah Indonesia untuk mengikuti mereka.