Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Buah Simalakama Harga Minyak Dunia

17 Maret 2022   20:33 Diperbarui: 17 Maret 2022   22:29 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boris Johnson (dok.AP)

Sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia oleh negara-negara Barat justru memukul balik mereka sendiri. Terutama harga minyak dunia yang melonjak tinggi. Rusia adalah negara penghasil minyak, memasok 40% minyak ke Amerika Serikat dan sekutunya. 

Jelas, harga minyak dunia ini bagaikan buah simalakama. Kebutuhan Amerika Serikat dan Eropa Barat terhadap bahan bakar minyak sangat besar, dan mereka bergantung pada negara-negara pengekspor minyak.

Meski sempat turun, harga minyak dunia sebelumnya mencapai 150 dolar per barrel. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa harga minyak akan stabil. Harga minyak diperkirakan fluktuatif sepanjang konflik Rusia-Ukraina masih berlangsung. 

Mau tidak mau, pemimpin negara-negara Barat berusaha mencari solusi. Tetapi mereka terlalu angkuh untuk mengakui kesulitan itu pada Rusia. Mereka tetap nekad dengan sanksi ekonomi terhadap negara beruang merah. 

Karena itu, demi eksistensi negara yang bersangkutan, Boris Johnson, perdana menteri Inggris, datang ke Arab Saudi untuk bernegosiasi dengan Putra Mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman. Meski masih berselisih pendapat tentang pembunuhan wartawan Jamal Khashogi, Boris Johnson berusaha mengadakan pembicaraan untuk menyelamatkan Inggris dari  krisis energi.

Dalam pertemuan antara kedua kepala negara kerajaan tersebut, Boris Johnson mendesak Arab Saudi dan UAE agar meningkatkan produksi minyak. Selain untuk memenuhi kebutuhan minyak negara-negara Barat, juga agar harga minyak menjadi turun. 

Kedatangan Boris Johnson juga mewakili Amerika Serikat dan sekutu yang lain. Amerika Serikat telah kelabakan karena kekurangan minyak. Hal ini ditertawakan oleh Putin. Rusia menyatakan masih terbuka untuk menerima permintaan impor minyak. 

Di sisi lain, sanksi maupun embargo minyak tidak akan menyulitkan Rusia. Negara-negara yang mendukung Rusia masih bekerjasama di bidang ekonomi. Bahkan India sedang melakukan transaksi minyak dengan Rusia.

India bersedia membeli minyak dari Rusia. Mata uang yang digunakan bukan Dolar. Mereka menggunakan Rubel atau Rupee. Berarti Rusia memiliki pemasukan dari minyak. Harga minyak dari Rusia, berkisar "harga teman", tidak setinggi yang dihadapi Amerika Serikat dan sekutunya. Buah Simalakama harga minyak dunia masih harus ditelan oleh blok Barat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun