Siapa menabur angin akan menuai badai. Begitupun dengan Uni Eropa dengan ulahnya turut mengompori Ukraina agar melawan Rusia. Padahal mereka belum tentu keluar sebagai pemenang, justru harus ikut menanggung akibat dari perang antara Rusia dan Ukraina.
Saat ini Uni Eropa terlihat seperti pahlawan dengan mendengungkan pembelaan terhadap Ukraina. Mereka menyebut invasi militer Rusia adalah pelanggaran hak asasi manusia. Sikap yang bertolak belakang dalam kasus Israel. Uni Eropa tidak pernah menyalahkan Israel yang sudah puluhan tahun membuat rakyat Palestina menderita.
Namun di balik kecaman keras dari Uni Eropa, sebenarnya mengandung kecemasan juga. Langsung atau tidak langsung, konflik Rusia-Ukraina berimbas kepada mereka. Terutama dari sisi perekonomian, akan membuat guncangan yang cukup besar.
Setidaknya ada empat risiko utama yang akan menimpa negara-negara anggota Uni Eropa yang terlibat dalam perang antara Rusia dan Ukraina. Antara lain:
1. Gelombang pengungsi
Warga negara Ukraina  yang ingin menyelamatkan diri dari perang melakukan eksodus besar-besaran. Jelas, tujuannya adalah negara-negara terdekat, yang paling mudah dijangkau oleh mereka.
Sementara itu sudah lebih dari 660.000 pengungsi mengalir dari Ukraina. Â Tercatat, sekitar 353.504 orang menyeberang ke Polandia. 30.000 orang ke Slovakia, 89.561 orang ke Hungaria, 38.461 orang ke Rumania, 65.099 orang ke Moldova, 329 orang ke Belarus, 37.900 orang ke Rusia dan 51.797 orang ke negara-negara lain.
Gelombang pengungsi ini akan terus mengalir selama perang belum berhenti. Negara-negara Eropa Barat akan segera dimasuki oleh para pengungsi. Mereka bisa kewalahan karena rata-rata bukan negara yang memiliki wilayah yang luas.Â
Dengan sendirinya pertambahan penduduk naik secara drastis. Hal ini berarti mengguncang keseimbangan dalam segala hal. Rakyat di negara-negara tersebut belum tentu siap menghadapinya.
2. Tingkat kriminalitas meningkat