Sebagian masyarakat Indonesia menjadi pendukung Taliban. Mereka adalah para pengusung negara khilafah, yang didengungkan oleh oposisi yang tidak menyukai pemerintah.
Pendukung Taliban ini terdiri dari organisasi teroris, partai politik yang berusaha merebut kekuasaan dan para oportunis. Mereka bersatu padu menyerang pemerintah. Lucunya setiap momentum di Timur Tengah menjadi acuan mereka untuk bergerak.
Padahal, kondisi Indonesia jelas sangat berbeda dengan Afghanistan. Baik secara karakter kebangsaan maupun secara geografis. Satu-satunya yang mengandung persamaan hanyalah penduduk yang mayoritas beragama Islam. Tetapi Indonesia bukan negara Islam seperti Afghanistan.
Kemenangan Taliban di Afghanistan disambut gegap-gempita oleh para pendukung Taliban ini. Mereka bahkan berani mendesak pemerintah untuk mengakui kepemimpinan Taliban.
Ironinya, ada beberapa hal yang kontradiktif dari sikap dan pandangan pendukung Taliban di Indonesia. Ini membuktikan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh mencintai Taliban, tapi menjadikan alasan untuk menyerang pemerintah.
Kelucuannya berikut ini:
1. Hubungan dengan Cina. Taliban menjalin kerjasama dengan pemerintah Cina. Mereka mempersilakan Cina untuk berinvestasi, mengambil peran dalam membangun perekonomian di Afghanistan.
Sedangkan para pendukung Taliban di Indonesia, sangat membenci Cina. Mereka selalu menyerang pemerintah jika ada "bau Cina" dalam bisnis apapun antara Indonesia dan Cina. Bahkan menciptakan berita-berita hoaks tentang hal ini.
Para pengusung khilafah ini menutup mata bahwa pemimpin dan negara yang dipuja berhubungan erat dengan Cina. Misalnya, memuja Erdogan, presiden Turki. Faktanya, pemerintah Turki mengundang Cina untuk berinvestasi di Turki. Bahkan diberi wilayah khusus di suatu provinsi.
2. Pendukung Taliban menginginkan negara Islam. Mereka lupa bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh Ashraf Ghani juga Islam. Kalau mereka mencela pemerintahan sebelum dipegang Taliban, berarti juga mengingkari bahwa mereka sama-sama muslim.