Perempuan punya koleksi pakaian? Itu benar. Saya mengakui hal itu, karena lemari saya sesak dengan pakaian. Hal itu karena ada klasifikasi pemakaian, misalnya untuk pesta, jalan-jalan atau pakaian rumah.Â
Namun yang paling penting adalah pakaian itu digunakan secara bergiliran. Mungkin ada orang yang mempunyai baju favorit sehingga digunakan terus menerus. Bagi saya tidak ada yang terlalu favorit, saya pakai berdasarkan giliran.
Alasan saya menggunakan pakaian secara bergiliran, pertama agar orang tidak bosan melihat saya. Kalau saya sering menggunakan pakaian tertentu, pasti ada saja orang yang berpendapat, "ini orang pakai bajunya itu-itu melulu".
Kedua, saya merasa harus memperlakukan pakaian secara adil. Semua harus dipakai, itu risiko memiliki sesuatu. Jadi, apapun jenis pakaian itu, ada gilirannya untuk dikenakan.
Ketiga, supaya baju-baju itu tidak cepat pudar warnanya, tidak cepat sobek dan lebih awet. Kalau terlalu sering dipakai, meskipun menggunakan sabun dan pengawet tertentu, tetap saja akan membuat kwalitas menurun.
Maka saya menggilir pakaian berdasarkan urutan tumpukan. Sebagai contoh, pakaian yang telah dicuci dan diseterika pasti diletakkan pada tumpukan paling atas di lemari.
Nah, kalau saya mau keluar rumah, bepergian ke suatu tempat, saya akan mengambil pakaian pada tumpukan paling bawah. Jadi, yang paling lama berada di lemari, harus digunakan.
Hal itu juga berlaku untuk pakaian yang digantung. Saya akan melihat dari sebelah kiri, pakaian yang tergantung, yang paling pinggir itulah yang akan dipakai. Sebab, biasanya saya menaruh pakaian yang baru diseterika di sebelah kanan.
Kalau ditanya, sampai berapa lama satu baju mendapat giliran. Kira-kira satu bulan sekali rotasi itu akan kembali ke pakaian yang sama. Jadi orang tidak akan hafal dengan pakaian yang saya kenakan.
Sayangnya itu berlaku sebelum pandemi Covid 19. Sekarang, di masa pandemi baju bepergian mendapat giliran tanpa tahu pasti karena semakin jarang keluar rumah. Untuk sementara, pakaian yang digilir adalah daster atau baju rumah.Â
Lebih dari setahun pandemi, kini baju rumah mulai banyak yang rapuh. Maklum daster batik mudah koyak dan sobek.Â