Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memperdalam Ilmu Fiqih

15 April 2021   08:53 Diperbarui: 15 April 2021   09:12 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku (dok.republika.com)

Koleksi buku-buku yang ada pada saya beragam, ada fiksi, politik, ada ekonomi dll. Tetapi yang paling banyak adalah buku-buku agama karena selain membeli sendiri, ada warisan buku-buku agama dari bapak.

Memang saya telah membaca berbagai macam buku tafsir Alquran dari kementerian agama dan beberapa ulama. Begitu pula dengan kajian hadits. Jujur, saya paling lemah dalam bidang fiqih. Untungnya buku-buku bapak tentang fiqih cukup lengkap.

Namun seiring dengan bertambahnya usia, daya ingat saya semakin menurun. Seringkali saya lupa fiqih tentang suatu persoalan. Nah jika ada kejadian yang menyangkut persoalan agama, saya berusaha mengetahui hukum-hukum di dalam ilmu fiqih. Hal ini adalah untuk mencegah salah pengertian dalam menangkap suatu persoalan.

Bagi saya ilmu fiqih lebih berat untuk dipelajari, sebab menjabarkan setiap sendi kehidupan. Semua dijelaskan secara rinci dan detail. Kebanyakan orang Indonesia yang beragama Islam minim pengetahuan tentang ilmu fiqih ini.

Pada bulan-bulan biasa, saya hanya membaca Alquran dan tafsir. Sebab ada berbagai kesibukan duniawi, termasuk mencari sesuap nasi. Selain itu, mood untuk mendalami agama juga sedikit.

Namun pada bulan Ramadan yang penuh berkah ini, saya selalu berkeinginan untuk memperdalam ilmu agama. Khatam Alquran sudah biasa, saya bisa menyelesaikan hanya dalam sepuluh hari. 

Mempelajari ilmu agama seperti fiqih tidak ada habis-habisnya. Permasalahannya bukan pada teori semata, tetapi pada pemahaman dan implementasinya dalam kehidupan. Saya khawatir jika salah, nantinya akan ditiru orang-orang di sekitar saya. 

Lagipula dalam usia sekarang lebih sulit untuk mengingat banyak hal. Ibarat pepatah, seperti mengukir di atas air. Susah payah untuk mengingat beberapa hal yang penting dari suatu pelajaran. 

Sebenarnya, satu Ramadan tidak akan cukup untuk belajar lagi ilmu fiqih. Setidaknya otak ini jangan sampai kering dari penambahan ilmu agama. Semua menjadi bekal untuk kehidupan setelah kematian, menjaga diri sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Karena itu, saya berdoa dan berharap agar Allah memberi saya kemampuan untuk mengerti ilmu agama. Saya tidak ingin terjerumus ke jalan yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun