Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lima Kejanggalan Ajaran Teroris

4 April 2021   09:51 Diperbarui: 4 April 2021   10:21 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teroris (dok.tangerangtribun.com)

Dari pengalaman beberapa teman yang nyaris direkrut sebagai teroris, kita bisa menarik beberapa kesimpulan. Hal ini kita jadikan pelajaran agar tetap waspada. Selain buka mata dan telinga, juga buka hati dan pikiran.

Kita harus membiasakan diri untuk berpikir, menggunakan logika ketika menerima sesuatu. Sangat penting untuk mencerna informasi yang masuk, cek dan ricek kebenarannya. Jangan mudah menelan apa yang disodorkan oleh orang lain. Kita juga harus melindungi keluarga dengan menerapkan kebiasaan ini.

Sebetulnya, kalau ditelaah secara jernih, menggunakan otak pemberian Allah SWT, maka kita bisa mengetahui sesatnya ajaran teroris yang seringkali membawa nama agama Islam. Karena ajaran teroris justru bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.

Ada beberapa kejanggalan dari ajaran teroris yang seharusnya bisa langsung ditolak dengan pikiran sehat.  Berikut ini lima kejanggalan utama dari mereka:

1. Pengajian eksklusif. Seseorang akan ditugaskan untuk "mepet" mendekati kita secara intensif. Dia berusaha membujuk agar kita mengikuti suatu pengajian, dan tempat pelaksanaannya bukan di masjid atau tempat ibadah umum.

Rerata pengajian tersebut dilakukan di tempat yang sepi dari keramaian. Misalnya di sebuah rumah yang jauh dari tetangga, bahkan juga sampai keluar kota. Kalau hal ini terjadi, kita wajib curiga, ngapain pengajian harus ngumpet di tempat terpencil. 

Peserta pengajian sangat terbatas, tidak ada yang dikenal. Ustadz yang mengajar juga terasa asing, tetapi pandai berbicara dan ramah. Sedangkan penampilan lebih kearab-araban, dengan jenggot panjang.

Padahal syiar Islam tidak perlu disembunyikan, kecuali kita berada di zaman jahiliah. Apalagi di Indonesia ini mayoritas penduduk sudah beragama Islam, tidak masuk akal sama sekali pengajian eksklusif jika tidak memiliki tujuan tertentu.

2. Baiat. Kita akan dibujuk untuk mengikuti baiat. Dengan baiat ini kita harus patuh kepada pemimpin besar yang ada di luar negeri. Padahal kita sudah memiliki pemimpin di dalam negeri. 

Dalam ajaran Islam yang benar, kita diwajibkan mengikuti Ulil Amri, dalam hal ini adalah pemerintah. Kita hidup di negara Indonesia, maka yang diikuti adalah pemimpin di negeri ini, bukan yang ada di negeri antah berantah.

3. Disuruh mengucapkan dua kalimat syahadat. Ini sebenarnya menggelikan karena sedikitnya lima kali sehari kita selalu membaca dua kalimat syahadat dalam salat. Malah dalam berbagai doa, dua kalimat syahadat selalu diikutsertakan.

Alasan mereka karena keislaman kita merupakan keturunan orang tua. Lantas, apa yang kita lakukan selama ini berarti kafir? Ya tidak dong. Kalau bukan muslim dan tidak mau Islam menjadi agama yang dianut, kita sudah menolak sejak akil balik.

4. Tidak perlu melaksanakan ajaran Rasulullah jika belum tinggal di negara yang menerapkan syariat Islam. Mereka boleh meninggalkan salat, minum minuman keras. Aneh bukan?

Kalau kita sudah mengakui beragama Islam, jelas harus taat pada Allah dan Rasul-nya dimana pun kita berada. Bukan menunggu untuk berada di satu negara yang menerapkan syariat Islam. 

Negara kita adalah Indonesia, dengan beragam suku bangsa dan agama. NKRI berlandaskan Pancasila, bukan negara agama. Jadi jangan mencoba mengubah menjadi negara agama. Jika memaksa, pindah saja ke negara lain, jangan mengganggu ketentraman rakyat Indonesia. 

Perlu diketahui, tidak ada satupun negara di dunia yang betul-betul menerapkan syariat Islam. Tidak juga Turki yang sering dielu-elukan atau Arab Saudi yang sekarang justru lebih liberal.  Lagipula, pemimpin teroris kalau mampu tentu sejak dulu sudah mendirikan negara seperti itu. 

5. Setelah dibaiat, wajib patuh pada sang pemimpin teroris. Semua ditinggalkan, termasuk keluarga dan kerabat. Mereka menentang orang tua sendiri.

Padahal dalam agama Islam, patuh kepada orang tua adalah yang wajib hukumnya. Terutama kepada ibu, yang merupakan jalan ke surga bagi anak-anak. Nah, kalau ingin tiket ke surga, berbakti kepada orang tua sudah cukup. Tidak perlu sampai membunuh orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun