Pada umumnya orang melihat jabatan atau status sebagai pimpinan organisasi adalah sesuatu yang keren mentereng. Tetapi jarang orang menyadari beratnya tanggung jawab yang dipikul seorang pemimpin.
Untuk mencapai jabatan puncak seperti pemimpin dalam organisasi yang besar, butuh perjuangan dan proses yang panjang. Proses yang alami (tanpa unsur nepotisme), mulai dari menjadi anggota, lalu meningkat menjadi ketua kelompok, lalu ketua departemen. Setelah itu baru bisa masuk lingkaran pimpinan.
Dalam setiap proses bisa menghabiskan waktu satu periode, biasanya lima tahun sekali tergantung AD/ART organisasi tersebut. Belum lagi jika harus mengikuti jenjang pimpinan lokal, daerah, hingga tingkat nasional.
Saya mengalami semua itu, berawal dari bawah dengan status anggota. Dengan bakat dan kemampuan yang saya miliki, berhasil meningkat setiap periode hingga mencapai lingkaran pimpinan tertinggi skala nasional.
Berorganisasi memang salah satu hobi saya sejak remaja. Dahulu hanya sebagai RT/RW. Saya baru bisa berorganisasi sepenuhnya setelah lepas jadi wartawan. Karena berorganisasi juga menyita waktu.
Menjadi pimpinan organisasi bukan sesuatu yang mudah. Butuh banyak pengorbanan, baik itu waktu, uang dan pikiran. Kita harus siap menghadapi berbagai macam keadaan.Â
Kesabaran  adalah modal yang sangat penting. Kita menghadapi aneka karakter manusia. Kalau yang skala nasional, bakal mengerti pola pikir orang dari berbagai suku di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Jam terbang akan mengasah kesabaran ini. Tapi ada sekali waktu kita lepas kendali karena lelah fisik dan pikiran.
Selain itu, pengorbanan materi juga tidak sedikit. Dalam menyelenggarakan kegiatan, pimpinan harus siap merogoh kocek pribadi. Apalagi jika keuangan organisasi tidak begitu besar. Pimpinan yang menanggung kekurangannya.Â
Pemimpin organisasi dituntut untuk selalu cerdas dalam berpikir, memberikan ide, mendorong roda organisasi dan menyelesaikan masalah. Memang benar ada sumbangsih pemikiran dari anggota atau pengurus organisasi yang lain, tapi porsi lebih besar ada di pundak pemimpin.
Jika menyelenggarakan suatu program, harus dipikirkan dari A sampai Z. Kita harus tahu risiko terburuk yang bisa terjadi sehingga selalu siap dan mengantisipasi. Sebab ada saja orang yang egois dan berulah, hanya untuk keuntungan pribadi.
Jika terjadi sesuatu pada anggota yang berada di bawah kepemimpinannya, mau tak mau harus mengayomi dan melindungi. Justru pemimpin yang menjadi tameng kalau terjadi sesuatu yang bisa membahayakan seluruh anggota.