Duh, pemerintah Turki telah memberlakukan lockdown. Ini berarti aku harus mendekam di apartemen sampai dengan waktu yang tak bisa ditentukan. Padahal banyak yang ingin kulakukan di luar sana.Â
Sebenarnya aku senang berada di rumah, aku bisa membaca buku-buku yang kubeli bulan lalu. Hanya saja aku sedang dikejar deadline untuk memproduksi foto-foto yang menarik.
Yah, apa boleh buat. Tidak ada yang menyangka dunia bakal dilanda wabah virus Corona yang mematikan. Aku, sebagaimana juga penduduk lainnya, harus patuh jika ingin tetap hidup.
Sore tadi hujan turun dengan deras mengguyur Istanbul. Aku menghabiskan waktu dengan menonton televisi sambil minum kopi. Cukup lama juga, hari telah gelap ketika akhirnya hujan berhenti.
Mata ini memang sulit terpejam jika malam hari. Walaupun satu buku telah habis kubaca, belum juga ada rasa mengantuk. Akhirnya aku kembali menyeduh secangkir capuccino.
Lamat-lamat aku mendengar suara alunan biola dari dapur. Eh, siapa yang bermain biola menjelang tengah malam? Permainannya indah, nyaris sempurna.
Karena penasaran, akupun membuka pintu balkon dan keluar. Aku melihat sosok seorang lelaki sedang duduk di pinggiran pagar balkon, di apartemen seberang. Ia sedang memainkan sebuah biola. Dalam keremangan, raut wajahnya tampak tampan dengan kumis tipis di atas bibirnya.
Aku mengerenyitkan kening. Sejak kapan ada penghuni lelaki di kamar apartemen tepat seberang kamarku? Seingatku, penghuninya adalah seorang perempuan tua.
Namun aku tak sempat berpikir lebih lanjut karena terlena dengan alunan biola yang dimainkannya. Ia memainkan irama klasik, kalau tidak salah merupakan karya Mozart.
Selesai satu lagu dimainkan, tanpa sadar aku bertepuk tangan. Rupanya ia mendengar, karena seketika langsung menoleh menghadap ke arahku.
"Thank you," kata lelaki itu sedikit berteriak.