Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerita tentang Hujan) Kau yang Berlari di Antara Gerimis

8 Februari 2020   10:48 Diperbarui: 8 Februari 2020   10:51 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak, kau tak boleh pergi. Kau tinggal bersamaku di sini," katanya keras.

Aku bingung. Dia tak mau mendengarkan alasanku. Sementara aku merasa waktu yang singkat ini tidak cukup untuk merencanakan masa depan. 

Aku bertekad untuk pulang. Tiket pesawat telah dipesan dengan diam-diam. Pada hari H aku mengirimkan pesan kepada Ibrahim bahwa aku akan pulang. Saat Fatih berangkat bekerja, aku mengangkat ransel. Aku pun pamit pada ibu Fatih yang tampak kebingungan. 

Aku tiba di airport dua jam sebelum waktu keberangkatan. Gerimis mengiringi selama perjalanan ke bandara ini. Untunglah aku menggunakan taksi sehingga tidak perlu kehujanan.

Tetapi saat mau memasuki pintu lobby aku mendengar seseorang meneriakkan namaku. Aku menoleh. Ya Tuhan, itu Fatih.

Fatih berlarian di antara gerimis dari arah parkiran mobil menuju tempat aku berdiri. Aku terkejut, langsung berbalik mempercepat langkah menuju pintu masuk bandara. 

"Rani, tunggu. Jangan pergi," teriak lelaki muda itu. Aku memperlihatkan tiket pada petugas bandara, lalu berlari masuk.

Fatih berteriak sekencang kencangnya memanggil. Aku menulikan telinga menuju meja check in. Petugas melarang dia masuk. Ia seperti kesurupan memanggil-manggil namaku. 

Dan aku melihat wajahnya di balik kaca. Matanya yang kehijauan itu mengalirkan air seperti gerimis yang jatuh dari langit. Aku menguatkan hati, melangkah ke ruang keberangkatan tanpa menoleh lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun