Ada perkembangan menarik dari perang dagang antara dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Cina. Rabu lalu, tanggal 15 Januari 2020, mereka menandatangani kesepakatan untuk 'gencatan senjata'. Padahal perang dagang ini telah berlangsung hampir dua tahun.
Kedua pemimpin, Donald Trump dan Xi Jinping menyebut kesempatan itu sebagai kesepakatan perdagangan fase satu. Hal ini merupakan terobosan dari hubungan mereka yang menegang selama ini.
Amerika Serikat menyetujui impor dari Cina dan membebaskan pajak tambahan senilai 160 Miliar Dolar. Selain itu Donald Trump juga setuju untuk membeli peralatan pertanian dari Cina.Â
Namun banyak pengamat yang meragukan keberhasilan kesepakatan ini, karena masih ada ekspor yang dikenakan tarif dari kedua belah pihak. Jika memang serius, pasti ada tindak lanjut mereka.
Nah, mungkin kesepakatan antara Amerika Serikat dan Cina membuat perekonomian dunia menjadi stabil. Jika terus gonjang-ganjing, maka terimbas pada negara-negara lain.
Masalahnya, apakah kesepakatan itu memberi pengaruh pada persoalan keamanan di Timur Tengah? Ada beberapa hal yang saya coba untuk telaah.
Pertama, perekonomian dalam negeri Amerika Serikat sudah dalam kondisi rapuh sehingga perlu mengerem perang dagang dengan Cina agar tidak tambah ambruk.
Di sisi lain, setelah tidak memikirkan perang dagang tersebut, Donald Trump akan lebih memfokuskan perhatian kepada urusan di Timur Tengah, yang menjadi proyek bersama dengan negara-negara sekutu.
Penguasaan Timur Tengah dengan seluruh sumber daya dan jalur minyak serta gas kini menjadi prioritas Paman Sam. Hal ini penting untuk eksistensi Amerika Serikat dan sekutunya.
Kedua, saat ini Iran menjadi program utama, dimana negara ini merupakan kunci dari niat menguasai Timur Tengah. Iran tidak hanya memiliki sumber daya minyak dan jalur penting tetapi juga ditakuti karena program nuklirnya.
Karena itu rencana untuk menjatuhkan Iran harus dilakukan dengan seksama agar tidak salah langkah. Ini membutuhkan kerjasama antara sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah seperti Israel, Arab Saudi dan UEA.