Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hei Para Pendukung Demonstrasi Rusuh, Dengarkan Suara Hati Aparat

1 Oktober 2019   13:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   15:06 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi menjalankan tugas (dok.detik.com)

Saya gemas dengan begitu banyaknya orang yang menyalahkan aparat keamanan. Mereka menghakimi dengan opini bahwa aparat kejam melakukan kekerasan terhadap para demonstran mahasiswa dan pelajar. Padahal sebelum kita menilai sesuatu, lihat dulu akar permasalahannya.

Ingatlah, aparat keamanan, baik polisi maupun TNI adalah manusia juga, sama seperti kita, sama dengan para demonstran itu. Mereka bisa sakit, terluka dan mati. Mereka berada di gedung DPR atau tempat lainnya karena ditugaskan, bukan untuk bersenang-senang, apalagi membuang energi.

Keberadaan pasukan Sabhara, dan Brimob Polri di gedung DPR/MPR  bukan sebagai pendukung anggota-anggota dewan yang terhormat. Tapi menjalankan tupoksinya sebagai pasukan anti huru-hara. Sekali lagi, mereka ditugaskan untuk menjaga keamanan tempat milik rakyat dan dibangun dengan uang rakyat.

Kalau ada yang bertanya, mengapa sampai terjadi pemukulan? mengapa demonstran dikejar-kejar? Lihat kronologinya. Mereka dilempari dengan batu terus menerus, hujan batu berbagai ukuran. Kemudian mereka juga dilempari bom molotov. Ketika mereka masih diam, malah diludahi oleh demonstran.

Polisi hanya berlindung di balik tameng/perisai yang tidak melindungi seluruh tubuhnya. Saat demonstran semakin merangsek maju, dengan mulai merusak fasilitas, mereka tentu harus mengambil tindakan pencegahan. Tetapi para demonstran tidak mau mengalah, malah bersikap brutal kepada mereka.

Bahkan ketika seharusnya demonstrasi sudah mencapai batas limit waktu yang ditetapkan, para demonstran tidak mau bubar tetapi semakin bertambah kasar, berteriak dengan kalimat provokatif untuk melakukan pengrusakan. Para demonstran semakin beringas menyerang aparat keamanan.

Batas waktu sudah lewat dan para demonstran semakin liar, aparat wajib membubarkan paksa. Namun ketika mereka berusaha membubarkan dengan water canon, gas airmata, para demonstran dan pendukungnya langsung menghakimi bahwa aparat keamanan bertindak anarkis. 

Tindakan membubarkan demonstran langsung direkam, disebar ke sana kemari dengan narasi bahwa aparat keamanan melakukan kekerasan. Diberi tepuk tangan dan semangat oleh orang-orang yang memang menginginkan hal ini terjadi untuk kepentingan kelompoknya.

Aparat bertaruh nyawa dalam tugas (dok.detik.com)
Aparat bertaruh nyawa dalam tugas (dok.detik.com)
Wahai para demonstran, yang dibayar maupun yang tidak dibayar, pikirkanlah hal ini. Aparat keamanan menjaga fasilitas negara siang dan malam, tidak pulang ke rumah, bahkan seringkali tidak sempat ibadah. Mereka juga memiliki keluarga.

Bayangkan jika ada ayah atau saudara yang menjadi aparat dan bertugas di sana dan kalian lempari dengan batu atau bom molotov.

Seharusnya kalian tahu peraturan dalam menyampaikan pendapat berdasarkan Undang-undang. Misalnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun