Menyimak suhu politik yang sama memanas dalam seminggu terakhir ini, pasti ada penyebabnya. Tidak ada asap tanpa api, kita harus melihat pada akar permasalahan.
Terlepas dari upaya para penyamun melakukan berbagai upaya untuk meloloskan diri dari jerat hukum, sebenarnya ada kesalahan dalam pola pemerintahan presiden Jokowi selama ini.
Kesalahan-kesalahan tersebut yang menjadi celah bagi lawan politik Jokowi untuk masuk. Mereka menyulap hal itu sebagai bahan bakar menimbulkan gejolak yang mengarah pada instabilitas di dalam negeri.
Jokowi bukan tidak sadar akan kelemahan pemerintahan yang dia pimpin. Tapi dia tidak memiliki ruang gerak yang cukup untuk memperbaiki atau mengubahnya. Ia terjebak pada buah simalakama, maju kena mundur kena.
Tiga hal di bawah ini adalah kelemahan utama pemerintahan Jokowi:
Pertama, para pembantu alias menteri-menteri dalam kabinet kerja sulit untuk kompak. Sering terjadi silang pendapat, bahkan juga berlawanan satu sama lain.
Kita bisa melihat bahwa pernyataan Wiranto, Luhut Panjaitan, dan Moeldoko seringkali kontroversial, tidak sejalan dengan program Jokowi yang berusaha mengutamakan kepentingan rakyat. Bahkan terkesan merupakan suara dari kelompok tertentu. Di sisi lain ada Ryamizard Ryacudu yang juga bertolak belakang dengan ketiga menteri tersebut.
Mereka juga menurunkan kredibilitas Jokowi sebagai presiden. Bahkan memupuskan kepercayaan publik, yang tadinya mendukung Jokowi sepenuhnya, tetapi sekarang dilanda keraguan. Siapa mereka sebenarnya? Jokowi tahu, tapi tak bisa mengutarakan di depan umum.
Kedua, korupsi yang dilakukan para pembantunya. Sudah berapa orang menteri yang ditangkap oleh KPK? Dia yang terakhir adalah Idrus Marham dan Imam Nahrowi. Ini membuktikan Jokowi tidak bisa mengontrol dan mencegah anak buahnya melakukan korupsi.
Masyarakat yang sudah sangat muak terhadap korupsi jelas semakin tidak simpati terhadap pemerintahan Jokowi. Meski banyak hal yang telah dilakukan Jokowi, tetapi ada kecurigaan bahwa sebagian menjadi lahan korupsi para pejabat.
Selain yang sudah tertangkap, beberapa menteri juga memiliki raport merah. Mereka tidak menghasilkan prestasi dan kinerja mereka juga amburadul. Herannya, menteri yang bagus malah terancam tidak terpilih lagi. Ini sangat mencemaskan masyarakat.