Saya sangat mencintai tanah air Indonesia. Sejak kecil, ibu saya yang merupakan pengagum Bung Karno, telah menanamkan nasionalisme. Saya tumbuh dengan jiwa nasionalis yang kuat.Â
Selama mengenyam pendidikan, baik itu di sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi, saya menyukai pelajaran sejarah. Saya mengerti bagaimana bangsa dan negara ini terbentuk.
Sungguh suatu hal yang luar biasa bahwa negeri ini dikaruniai wilayah yang sangat luas, dengan ratusan suku bangsa dan beberapa agama. Saya sadar sangat sulit menyatukannya kecuali dengan formula yang ditemukan oleh the founding fathers yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pemahaman nasionalisme yang tertanam dalam diri saya, sebagaimana yang diajarkan oleh para proklamator, Bung Karno dan Bung Hatta. Kebetulan saya pernah berada dalam lingkaran pergaulan bersama putra putrinya, yang menambah tebal kecintaan saya terhadap Indonesia.
Karena itu, saya ingin berbuat sesuatu bagi bangsa dan negara ini. Sebagai sarana, maka saya berkiprah di beberapa organisasi sosial dan politik.Â
Dalam organisasi-organisasi inilah saya memiliki teman dari seluruh Nusantara. Mereka terdiri dari berbagai suku, golongan dan agama. Kami tidak memiliki perbedaan, kami merasa sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
Datang ke berbagai provinsi dari Barat sampai Timur, membuat saya mengenal lebih dalam tentang Indonesia. Saya bisa mempelajari karakter dari setiap suku yang ada dan memahaminya pola pikir mereka.
Memang bukan sesuatu yang mudah untuk mengambil sikap yang bijaksana dalam mengatasi persoalan di provinsi tertentu. Kita harus tahu bagaimana pendekatan yang tepat untuk mereka, sesuai dengan karakter dan pola pikir tadi.
Mempunyai banyak teman dari seluruh Indonesia membuat saya bangga dan bahagia. Saya bisa kemana saja tanpa merasa takut atau bingung. Di manapun saya diterima dengan baik. Begitu pula jika mereka mengunjungi ibukota, saya senang menerima mereka.
Maka bagi saya, kalau masih ada orang yang nyinyir, melakukan diskriminasi secara verbal maupun sikap, berarti mereka belum mengenal Indonesia. Mungkin mereka mainnya terlalu dekat, belum ke tempat yang jauh.