Padamnya listrik menimbulkan kepanikan massal. Kehidupan modern yang sangat bergantung pada listrik menjadi lumpuh. Entah itu soal ketiadaan uang tunai hingga transportasi yang terhenti.
Namun bagi saya yang paling vital adalah memukul ketersediaan air. Karena pada umumnya, kita telah menggunakan jet pump untuk memenuhi kebutuhan air. Sedangkan di perumahan kompleks, biasanya mengandalkan aliran dari PDAM.
Apa yang terjadi jika kita kehabisan air bersih? Air minum masih bisa dibeli di warung, tapi tidak halnya dengan air untuk kamar mandi. Kita harus menunda keinginan untuk mandi.
Masalahnya, jika listrik padam berjam-jam, tentu air untuk bebersih dari buang hajat juga sangat minim. Beberapa teman terpaksa menggunakan air galon. Â Tapi ini bukan solusi yang menyenangkan.
Saya teringat pada masa lalu, ketika belum terlalu tergantung dengan listrik. Kami yang tinggal di Perumnas Depok, tidak hanya mengandalkan aliran air dari PDAM.
Kebetulan, kami memiliki pompa dragon, yaitu pompa manual yang umumnya berwarna hijau, dengan digenjot ke bawah mengeluarkan air yang deras. Pipa ke bawah tanah pun cukup dalam sehingga tidak pernah kehabisan air.
Nah, pada waktu tertentu, ada pemberitahuan dari PLN kalau akan ada pemadaman listrik. Biasanya untuk perawatan atau perbaikan. Apalagi jika sudah terkena hujan petir, listrik kemungkinan besar akan mati.
Pada saat listrik padam itulah para tetangga akan datang meminta air. Mereka datang berbondong-bondong dengan beberapa ember sekaligus, bahkan ada yang menggunakan panci atau dandang besar.
Kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk semua tetangga yang meminta air. Lha wong air ini juga gratis, dialirkan oleh Yang Maha Kuasa, maka kami wajib membagikannya kepada orang yang membutuhkan.
Kalau padam listriknya lama, maka orang yang datang meminta air bukan hanya tetangga terdekat, tapi juga yang jaraknya sampai 500 meter. Begitu vitalnya air, kami mengerti karena itu bebas mereka mengambilnya, asalkan jangan untuk dijual lagi.