Kemudian saya ajak dia naik busway gratis yang menuju Bundaran Senayan. Nah, dia juga baru pertamakalinya tahu tentang busway. Anak ini menanyakan apakah itu busway. Dia heran juga melihat bus yang cantik dan canggih ini. Ia tambah takjub melihat tulisannya gratis.
"Lho, ini gratis," katanya. Saya menjelaskan mengapa bus ini gratis.
Berhubung dia haus dan lapar, saya turun dekat Sarinah, di halte hotel Sari Pan Pacifik. Saya ajak dia makan di Burger King. Saya pikir, karena dia orang kampung dan belum pernah makan di restoran ini, pasti dia gembira sekali bisa makan burger ala Amerika sana.
Eh, gak tahunya setelah beberapa gigit, dia gak mau makan burger itu lagi. Dia tanya dagingnya, yang saya jawab daging asli. Bahkan setelah diberi saos pun dia tidak doyan. Kentang goreng pun hanya makan beberapa potong, es krim sundae juga hanya dimakan beberapa sendok.
Ya ampun, kataku dalam hati. Makanan mahal begini dia gak doyan kan sayang banget. Aku menegur dengan bahasa Jawa, makanan ini seharusnya dihabiskan, harganya mahal, dan ingatlah bahwa banyak orang yang kelaparan karena tidak mempunyai makanan.
Tapi tetap saja dia tidak doyan. Akhirnya saya tawarkan makan pakai ayam goreng. Ia mengangguk. Jadilah saya mengantri lagi membeli fried chicken untuk makanan Azhar. Ternyata makanan itu juga tidak dihabiskannya. Pikir saya, anak ini kenapa ya, gak doyan makanan modern.
Keluar dari Burger King, saya perlihatkan gedung Bawaslu yang menjadi tempat kerusuhan beberapa waktu yang lalu. Dia antusias mendengarkan. Oh jadi tembak tembakan di sana. Kenapa mereka rusuh dsb, saya pun menjelaskan dengan sabar.
"Gedung itu ada TV-nya tante," katanya takjub melihat layar raksasa di atas gedung Bawaslu. Saya hanya tertawa melihatnya.
Karena sudah menjelang jam tiga, Azhar minta pulang, mungkin karena dia sudah capek jalan keliling Monas. Padahal tadinya mau saya ajak mencoba naik MRT. Kami jalan kaki ke stasiun Gondangdia, mengingat jalan cuma satu arah dan macet. Lebih cepat dan praktis jalan kaki.
Di kanan kiri jalan Wahid Hasyim kebanyakan gedung adalah hotel. Azhar pun terkesima,"Itu hotel semua". Kemudian dia bertanya lagi untuk memastikan,"Ini Jakarta kan, Te?" saya tertawa mendengarnya. "Ya, ini Jakarta. Ini wilayah Jakarta Pusat, yang ada istana presiden, Monas adalah Jakarta Pusat.
Kami kembali ke rumah dengan menggunakan commuterline lagi. Dia sebetulnya ngantuk, tetapi tampaknya pikirannya terlalu penuh sehingga tidak bisa tidur, meski mendepat tempat duduk. Dia sibuk mencerna semua yang dilihatnya.