Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menyiasati Tradisi Angpao Lebaran secara Simpel

6 Juni 2019   17:17 Diperbarui: 6 Juni 2019   17:40 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jatah angpao (dok detik com)

Salah satu tradisi lebaran adalah bagi bagi jatah lebaran kepada setiap anak yang datang ke rumah. Tradisi ini yang sangat disukai dan menjadi favorit anak-anak, karena mereka bisa 'kaya' mendadak.

Masalahnya tidak semua orang dalam kondisi keuangan yang cukup baik untuk bagi bagi jatah. Adakalanya, rejeki sedang terbatas, hanya cukup untuk ongkos pulang kampung.

Tetapi, yang namanya anak-anak tentu tidak berpikir ke arah itu. Mereka hanya bisa 'nggumun' , kok paklik atau bulik tidak memberi mereka uang lebaran.

Tradisi ini bisa menjadi sangat menyulitkan ketika ada standar nominal pemberian jatah lebaran. Kalau standar tinggi tapi tidak punya uang, kita bisa terjebak dalam hutang.

Seorang teman pernah bercerita, bahwa di dalam keluarga mertua, standar angpao cukup tinggi, minimal 50 ribu Rupiah. Maklum mereka berasal dari keluarga berkecukupan.

Sayangnya teman saya tahun ini tidak dalam kondisi keuangan yang baik. Usahanya nyaris bangkrut, sehingga ia tidak punya modal pulang kampung kecuali tiket pulang pergi.

Teman ini serba salah, ia tidak mau berterus terang bahwa dia sedang dalam masa sulit. Ketika didesak pulang ke rumah mertua, ia terpaksa ikut. Dan ia terjebak hutang karena tradisi angpao tersebut.

Begitu pula dengan keponakan saya yang baru menikah, tradisi bagi bagi jatah lebaran di kampung mertua cukup tinggi. Sedangkan dia baru saja memulai membina rumah tangga.

Nah, sebetulnya semua bisa dibikin simpel, asal kita mau menerima keadaan, tidak perlu berpura pura. Hidup sudah susah jangan dibikin tambah susah.

Cara berpikir generasi simpel, harus dibikin simpel. Kalau bisa mempermudah persoalan, maka lakukan hal itu segera. 

Saya tidak mau terjerumus dalam tradisi yang membuat hidup menjadi tambah ruwet. Saya akan membuat hal itu menjadi simpel dan anti ribet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun