Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keberagaman Adalah Sunnatullah, Kenapa Ditentang?

30 Mei 2019   13:51 Diperbarui: 30 Mei 2019   14:02 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buka puasa di Katedral Jakarta (dok.VOA/fathiyah)

Pergesekan dalam masyarakat Indonesia yang sudah menyinggung SARA (suku, ras, agama) semakin sering terjadi. Hal ini sungguh mengoyak rasa persatuan yang telah dikumandangkan oleh the founding fathers. Sebab NKRI berdiri karena berbagai suku, ras dan agama.

Dalam data statistik yang dikeluarkan BPS tahun 2010, Indonesia memiliki 1340 suku bangsa. Ini pula yang membuat bangsa Indonesia juga memiliki beragam bahasa dan budaya. Suatu kekayaan yang luar biasa, yang sebenarnya merupakan anugerah dari Sang Pencipta.

Allah SWT  berfirman," Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersukusuku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal," (QS AL Hujurat/13)

Karena itu, tidak ada manusia dari golongan manapun yang bisa mengklaim dirinya sebagai orang yang paling mulia. Bagi Allah, orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa, bukan manusia dengan label tertentu.

Hal ini diperjelas dengan sabda Rasulullah SAW,"Lihatlah, engkau tidak akan lebih baik dari orang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa," (HR Bukhari).

Sebagai implementasi, Rasulullah telah mencontohkan dalam Piagam Madinah yang merupakan konnstitusi tertulis pertama. Inti dari piagam Madinah adalah semua suku bangsa yang ada di sana memiliki hak adan kewajiban yang sama terhadap negara.

Namun pertanyaannya, lantas mengapa di negeri kita, Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam malah rentan dengan konflik horisontal yang bernuansa SARA? Hal ini dilakukan oleh pihak pihak yang ingin menguasai Indonesia untuk kepentingan golongannya.

Perbedaan dan keberagaman di negeri kita adalah anugerah, tetapi juga bisa menjadi celah bagi mereka yang menginginkan Indonesia terpecah belah. Negara akan kuat bisa seluruh masyarakatnya yang beragam ini bersatu. Sebaliknya negara menjadi lemah jika masyarakat terpecah belah.

Dua kerajaan besar Nusantara yaitu Majapahit dan Sriwijaya mencapai masa kejayaannya karena berhasil menyatukan seluruh Nusantara. Hal ini sanat dicermati oleh bangsa penjajah yang ingin mengeruk kekayaan alam Indonesia. Belanda, melalui VOC mempelajari bagaimana melemahkan persatuan itu.

Kemudian dengan politik 'devide et impera' Belanda mulai berhasil mengadu domba antara suku bangsa, antara kerajaan kerajaan di Indonesia. Nusantara kemudian terpecah belah, semakin lemah dalam penjajahan, sementara hasil bumi diangkut dengan suka cita ke negeri Belanda.

Perlu waktu yang sangat lama bagi the founding fathers untuk kembali menyatukan Nusantara. Hanya dengan memberi kesadaran tentang perasaan senasib, maka timbul rasa ingin menyatu agar dapat melawan dan mengusir penjajah dari bumi Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun