Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sangat membenci upaya kudeta. Karena itu ia memberikan dukungan terhadap pemerintahan yang sah di negara lain yang sedang dirongrong upaya kudeta. Sebagaimana ia membela Maduro di Venezuela, begitu pula di Indonesia.
Tiga tahun yang lalu, Turki telah mengalami kudeta yang luar biasa. Kudeta itu menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit karena hampir separuh militer ikut ambil bagian. Beberapa jenderal telah berkhianat dan turut menggerakkan kudeta tersebut.
Pemerintah Turki, dalah hal ini adalah Presiden Erdogan, telah berhasil menggagalkan upaya kudeta tersebut dengan menggerakkan rakyat. Betapa antusiasnya rakyat turun ke jalan untuk menentang kudeta. Mereka bahkan berani menghadang terjangan peluru dan tank dari prajurit pengkhianat.
Tentu saja setelah itu semua orang yang terlibat dalam upaya kudeta, segera ditangkap. Para jenderal pengkhianat langsung di kerangkeng. Begitu pula pemimpin pemberontak dari partai oposisi dan organisasi yang berafiliasi dengan mereka. Tidak kurang dari 18.000 orang menjalani hukuman.
Sebagian orang menganggap tindakan tegas ini adalah perbuatan semena-mena, Â kejam dan tidak berperikemanusiaan. Mereka mengira bahwa Erdogan sangat kalap sehingga menangkap begitu banyak orang. Padahal mereka terindikasi ikut andil dalam upaya kudeta, baik itu PNS maupun swasta.
Erdogan memiliki alasan yang sangat kuat untuk tindakan tersebut. Di saat ia ingin memajukan negerinya agar lebih kuat dari negara Islam lainnya, Turki dirongrong kudeta. Jika tidak diterapkan hukuman yang tegas, maka instabilitas akan terus mengguncang Turki.
Satu hal yang menjadi kekuatan Erdogan adalah masyarakat pendukunganya yang mengerti bahwa kudeta Turki tidak lepas dari permainan negara adidaya. Mereka tahu bahwa Amerika Serikat memberikan dukungan dana dan senjata bagi kelompok teroris dan oposisi yang ingin menjatuhkan pemerintahan.
Ada tiga sasaran yang dituju oleh Erdogan ketika menindak tegas pelaku kudeta. Pertama, adalah menunjukkan kepada Amerika Serikat bahwa Turki tidak lemah seperti negara lain yang mudah diaduk-aduk oleh negara adidaya tersebut. Turki bukan negara Timur Tengah yang mudah ditaklukkan.
Kedua, adalah untuk memberi peringatan pada siapapun yang mencoba melakukan kudeta,bahwa dia adalah pemimpin yang kuat bersama dukungan rakyat. Tidak ada pihak oposisi yang bisa menjatuhkan Erdogan selama sebagian besar rakyat masih mempercayainya sebagai pemimpin yang terbaik.
Ketiga, Erdogan harus mewujudkan stabilitas di seluruh negeri dalam waktu singkat agar rencana pembangunan tetap berjalan. Dengan demikian roda ekonomi tetap berputar dan meningkatkan taraf kehidupan rakyat Turki. Jika keamanan tidak terjamin, maka perekonomian berjalan lambat.
Meski sekarang Turki sudah lebih stabil, terutama setelah kemenangan Erdogan dalam referendum dan pilpres yang dipercepat tahun lalu, Erdogan tetap berhati-hati dan waspada terhadap setiap upaya kudeta. Salah satu dalang kudeta, Fethulah Gulen dalam suaka Amerika Serikat.Â