Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Megawati Semakin Lebay Menyikapi Golput

9 April 2019   09:38 Diperbarui: 9 April 2019   13:11 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati (dok.detik.com)

Golput bukan pengecut. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati nurani. Mereka memilih golput karena mengetahui kebusukan yang ada di kedua kubu.

Bayangkan jika hati tidak sreg terhadap sesuatu, kalau dipaksakan rasanya mau muntah. Begitu pula dengan pendapat orang lain, harus dihargai dan dihormati. 

Sebenarnya golput adalah bagian dari kebhinekaan, bagian dari kebebasan berpendapat. Ini adalah cermin demokrasi.

Di setiap negara, golput juga ada. Bahkan untuk negara negara super power, mereka juga eksis. Tetapi tokoh tokoh di negara lain tidak sampai memaksa dan mencela seperti itu. 

Jika ingin mengambil hati untuk swing voters, tidak perlu mencela dan menghina. Justru itu akan mendorong mereka semakin kekeuh memilih golput.

Mereka tidak suka dipaksa oleh orang lain. Semakin ditekan, maka mereka semakin memberontak.

Dalam agama saja tidak ada paksaan, apalagi dalam berpolitik. Ini hanya memperlihatkan bahwa ia seorang otoriter.

Seharusnya Megawati membujuk dengan pidato agitasi yang dicontohkan bapaknya. Bung Karno mampu menggerakkan hati pemuda pemudi tanpa paksaan.

Misalnya dengan menggugah bahwa masa depan bangsa dan negara ini ada di tangan rakyat. Karena itu rakyat memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang baik.

Belajarlah dari pidato pidato Bung Karno. Terutama yang ada di buku DBR (Di bawah Bendera Revolusi). Atau Megawati tidak pernah lagi membuka buku keramat tersebut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun