Tentara Israel menahan seorang bocah lelaki Palestina berusia 9 tahun di sekolahnya di kota Hebron di Tepi Barat, seperti yang ditunjukkan dalam video yang direkam oleh aktivis hak asasi manusia Aref Jaber.
Dalam video yang dibagikan oleh CNN, tentara bersenjata menahan Zein Idris dan berusaha untuk menahan saudaranya yang berusia 7 tahun, Taim di sekolah dasar Ziad Jaber, menuduh anak-anak lelaki itu melemparkan batu ke mobil pemukim.
Di bawah hukum sipil dan militer Israel, usia kesalahan kriminal adalah 12, tetapi anak-anak Palestina yang lebih muda dari 12 secara teratur telah ditahan oleh pasukan Israel.
"Mereka melempar batu, saya tidak peduli berapa usia mereka," kata seorang prajurit kepada kepala sekolah setelah dia memprotes bahwa anak-anak lelaki itu masih sangat muda.
Tentara itu kemudian mengancam akan mematahkan lengan guru jika dia tidak melepaskan Idris. Anak berusia 9 tahun itu akhirnya digelandang oleh tentara dan dimasukkan ke dalam kendaraan militer, sementara adik lelaki Idris, Taim, tetap bersembunyi di ruang kelas.
Sekolah dasar dan penduduk di lingkungan itu mengatakan bocah laki-laki itu ditahan selama hampir satu jam di pos militer terdekat, menurut laporan oleh CNN.
"Mereka berlari ke sekolah dan menangkap saya," kata Idris kepada CNN saat wawancara di rumahnya setelah insiden itu.Â
"Salah satu tentara berteriak padaku sambil memutar telingaku dan berkata, 'kamu melempar batu.' Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak melakukannya, tetapi dia meraih bahu saya dan mendorong saya ke dinding dan menahan saya selama dua jam. "
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada CNN bahwa para siswa telah melemparkan batu ke arah mobil-mobil milik penduduk pemukiman Israel. Juru bicara itu mengatakan bahwa para prajurit memberikan peringatan kepada anak-anak itu, tetapi membantah bahwa ada yang ditahan.
"Yang paling berbahaya adalah bahwa menangkap anak-anak di sini menjadi normal," kata Jaber, yang mengambil video itu, kepada CNN.Â
Jaber telah tinggal di Hebron seumur hidupnya dan sering mendokumentasikan pelanggaran hak terhadap Palestina di kota Tepi Barat terbesar.