Presiden AS Donald Trump telah menandatangani perintah yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Ini adalah kesepakatan ketika ia bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Washington pada Senin ini.Â
"Presiden Trump akan menandatangani di hadapan PM Netanyahu sebuah perintah yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan," Menteri Luar Negeri Israel Katz menulis di Twitter pada hari Minggu kemarin.
Dengan adanya kesepakatan itu berarti Amerika Serikat kembali melanggar konsensus internasional yang sudah lama betlaku selama ini. Tanpa ragu Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat harus mengakui kedaulatan Israel atas dataran tinggi strategis yang direbutnya dari Suriah dalam Perang Enam Hari 1967.
Netanyahu telah lama mendorong pengakuan seperti itu. Tampaknya ini adalah bagian dari prestasi yang diakuinya untuk menyukseskan kampanye dia.Â
 Banyak analis menyimak pernyataan pernyataan Trump, yang disebarkan dalam tweet, bahwa kesepakatan ini sebagai hadiah kampanye menjelang jajak pendapat 9 April di Israel.
Di sisi lain, perdana menteri Benjamin Netanyahu, menghadapi dakwaan korupsi yang menjulang. Tetapi ia erkunci dalam kampanye pemilihan umum yang keras dengan aliansi politik tengah yang dipimpin oleh mantan kepala militer Benny Gantz dan mantan menteri keuangan Yair Lapid.
Turki, Uni Eropa dan beberapa pemerintah lain telah mengutuk janji Trump, dengan mengatakan itu melanggar hukum internasional. Bagaimana pun Turki mengakui bahwa dataran tinggi Golan sebenarnya milik Suriah.
Israel mencaplok  sebagian besar Golan dari Suriah dalam perang 1967 dan mengklain sebagai Tanah miliknya. Sebuah langkah yang tidak didukung secara internasional.Â
Namun Netanyahu mengangkat kemungkinan pengakuan AS dalam pertemuan Gedung Putih pertamanya dengan Trump pada Februari 2017. Ia tahu kalau didukung AS, negara lain sulit menentang mereka.
Setelah perang saudara delapan tahun, pembicaraan damai dengan Israel tidak mungkin dalam waktu dekat. Sepanjang perang, Israel telah melakukan sejumlah serangan udara di Suriah untuk mencegah Iran membangun kehadiran militer permanen di sana.
Keputusan itu merupakan langkah besar terbaru yang menguntungkan Israel oleh Trump. Presiden AS tersebut kembali membela Israel setelah pada 2017 mengakui kota Yerusalem yang disengketakan sebagai ibukota negara itu.