Sebagai perempuan, saya gemas bercampur geli melihat ada seorang mahasiswi meminta jadi istri kedua Sandiaga Uno. Hal itu disampaikan saat Cawapres tersebut sedang melakukan kampanye dan meresmikan rumah siap kerja di Jogjakarta.
Tapi eits, tunggu dulu. Betulkah dia ingin menjadi istri kedua Sandi? Soalnya, ada beberapa tipe cewek milenial yang unik.
Memang sebagian perempuan mudah terpukau oleh paras tampan seorang lelaki. Ada juga yang sangat materialistis mengincar lelaki kaya, tak peduli dia sudah punya istri atau belum.
Tipe perempuan matre, biasanya karena sudah memiliki gaya hidup yang tinggi, sedangkan dia sendiri malas berusaha. Cara praktis adalah mencari lelaki kaya, walaupun menjadi istri kedua.
Selain itu ada pula yang menginginkan seorang pria karena mengagumi kepribadian orang tersebut. Dalam hal ini, saya meragukan kalau si mahasiswi kagum pada Sandi. Soalnya banyak lelaki yang lebih hebat dari Sandi. (Maaf jika saya merecehkan Sandi).
Setidaknya predikat mahasiswi di Jogjakarta bukanlah perempuan yang bodoh. Apalagi jika banyak bergaul dan berdiskusi.
Karena itu saya menyangsikan bahwa Tifani, mahasiswi yang mengajukan permintaan itu serius. Jangan jangan ini hanya sebagai pancingan belakaÂ
Masalahnya, kebanyakan perempuan Indonesia menentang poligami, meski tidak secara terang terangan. Perempuan sangat marah jika mendengar ada lelaki yang melakukan poligami.
Masa iya sih, seorang mahasiswi cantik ingin dipoligami oleh Sandi? Dalam masa kampanye ini, kaum milenial ingin sekali mengetahui berbagai hal tentang kandidat Capres dan Cawapres, apakah memenuhi kriteria mereka.
Karena itulah banyak berhembus isu mengenai Paslon yang mendukung LGBT. Demikian pula dengan poligami, mereka ingin tahu adakah Paslon yang mendukung poligami.
Kalau Tifani mengajukan pertanyaan itu untuk menguji sikap Sandi terhadap poligami, ia sungguh cerdik. Walaupun Sandi tidak menjawab, pasti ada efek setelah ini.Â