Berbagai rumor beredar semenjak merebaknya berita penangkapan Ketua Umum PPP, Romahurmuzy atau yang dikenal dengan sebutan Romy. Rumor itu berasal dari kedua kubu, kubu Jokowi dan  kubu Prabowo.
Seperti biasa, kedua kubu ini saling mencurigai, saling menyalahkan. Bagi kubu Prabowo, kasus ini menggerogoti elektabilitas Jokowi. Sedangkan bagi kubu Jokowi, ini sisi positif untuk memperlihatkan bahwa KPK tidak pandang bulu.
Romy sendiri memberi pernyataan yang kontroversial, ia merasa dijebak. Hal itu langsung ditangkis KPK bahwa mereka memang telah lama menjejak Romy, senada dengan isyarat dari Mahfud MD.
Jadi, mana yang benar? Masyarakat akhirnya hanya menduga duga berdasarkan apa yang tersaji di berita berita. Lantas menyimpulkan dengan persepsi yang diyakini.
Namun menurut pemikiran saya, ada beberapa kemungkinan terkait dengan penangkapan Romy. Apalagi hal ini terjadi ketika menjelang pilpres.
Kemungkinan pertama adalah bahwa Romy dijadikan tumbal pilpres oleh kubu Jokowi. Kok Romy menjadi tumbal? Bukankah dia OTT?
Saya yakin bahwa Romy memang melakukan dosa sebagaimana yang disebutkan KPK. Dan dosa ini sudah diketahui Jokowi jauh jauh hari. Tentu ada laporan laporan yang masuk.
Namun yang melakukan dosa seperti itu tidak hanya seorang. Romy terpilih karena sepak terjangnya sudah merugikan kubu Jokowi. Kubu ini juga penuh persaingan, saling menjatuhkan.
Romy adalah orang yang ambisius. Tindakan dia yang grasa grusu membuat resah banyak orang. Bukan tidak mungkin dia juga merongrong Jokowi dalam persoalan jabatan setelah pilpres.
Jokowi ingin bersih bersih, mengurangi sedikit benalu yang mengelilinginya. Karena itu maka dicarilah orang yang telah melakukan kesalahan fatal, yaitu Romy.
Korupsi  selalu menjadi topik terhangat di masyarakat. Rakyat gembira jika ada koruptor yang ditangkap oleh KPK.Â