Paus Francis baru saja melakukan lawatan ke Uni Emirat Arab atas undangan Putra Mahkota. Kedatangan disambut oleh ribuan orang, tidak terkecuali umat muslim..
Penduduk non muslim di wilayah UAE mencapai satu juta jiwa atau 10 persen dari jumlah penduduk. Tetapi mereka tidak diperkenankan mengadakan kegiatan secara resmi, meski hanya sekedar pertemuan.
Karena itu kunjungan Paus membawa angin sejuk bagi mereka. Paus menyampaikan harapan agar umat Kristen dan Katolik diberi kelonggaran dalam beribadah dan melakukan aktifitas.
Namun sejatinya, bukan hanya masalah itu yang ditekankan oleh Paus. Ia membawa misi perdamaian untuk Timur Tengah. Secara terbuka, Paus mengatakan bahwa ia berharap perdamaian bisa diwujudkan di Suriah, Irak, Libya dan Yaman.
Paus menyoroti perang Yaman yang sampai sekarang masih terus berlangsung. Ia mengetahui ratusan ribu orang menjadi korban. Puluhan ribu anak anak tewas dan puluhan ribu lainnya menderita kelaparan.
Karena itu Paus mengimbau kerajaan UEA agar menghentikan perang Yaman. Dia membicarakan secara khusus dengan Putra Mahkota.
Apakah upaya Paus akan berhasil? Banyak yang berharap demikian karena Paus adalah tokoh religi internasional yang disegani di seluruh dunia.
Kita patut mengapreasiasi upaya Paus yang berusaha mewujudkan perdamaian. Sayangnya mungkin apa yang dilakukan dan dikatakan kepada Putra Mahkota hanya sia sia. Ibaratnya, masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Sebagaimana kita ketahui, Uni Emirat Arab adalah partner, rekan sejawat Arab Saudi dalam ambisi mereka menguasai Timur Tengah.
Uni Emirat Arab mendampingi Arab Saudi dalam berbagai tindakan. Mereka sangat kompak membantu Israel memporak porandakan Suriah, memblokade Qatar dan menghancurkan Yaman.
Paus adalah pemimpin agama. Sedangkan perang adalah persoalan ekonomi. Uni Emirat Arab dan Arab Saudi tidak pernah melihat kepentingan ekonomi dari sudut agama.