Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Beberes Setelah Makan, Cermin Otak Seseorang

31 Januari 2019   15:17 Diperbarui: 31 Januari 2019   15:32 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pria tidak beberes setelah makan di KFC (dok.pri)

Beberes setelah makan, tampaknya sepele bagi kebanyakan orang. Tetapi sesungguhnya hal itu mencerminkan kemampuan otak seseorang dalam mengatur hidupnya.

Saya sangat setuju dengan kampanye beberes setelah makan di resto cepat saji. Sejak dahulu saya telah membiasakan diri beberes, dengan memasukkan sampah ke tempat yang disediakan.

Kenapa begitu? Puluhan tahun yang lalu, ketika lagi booming resto  fast food, saya senang nongkrong di resto yang paling strategis seperti Sarinah. Di sana saya melihat banyak bule atau orang asing makan.

Saya perhatikan bahwa bule bule itu selalu membereskan sisa makanannya. Mereka mengangkat nampan, memasukkan sampah dan meletakkan nampan di tumpukan.

Saya malu melihat betapa banyak orang Indonesia yang begitu malas hanya untuk membereskan bekas makannya. Apa susahnya sih? Paling cuma butuh lima menit angkat pantat dan buang sampah.

Tuduhan netizen kepada KFC bahwa kampanye beberes hanya untuk memecat karyawan sangat konyol. Karyawan tetap dibutuhkan karena pekerjaan sangat banyak. Belum lagi kalau resto sedang penuh.

Sebenarnya adalah konsumen orang Indonesia memang sangat malas. Pantaslah jika ada yang mengatakan bahwa budaya Melayu membuat orang malas. Bergerak sedikit saja untuk beberes tidak mau.

Cermin kerja otak

Kalau ingin mengetahui apakah seseorang bisa mengatur pemikirannya, lihat kebiasaannya sehari hari. Jika hidupnya selalu berantakan, jelas dia tidak bisa memanen otaknya sendiri.

Begitu pula dengan kebiasaan makan. Apakah dia selalu merapikan makanan atau hanya ditinggal seenaknya setelah makan. 

Orang yang sudah terbiasa memanajemen pikiran, mengatur pola hidupnya dengan baik. Setiap jadual kegiatan dalam sehari sudah terpatri di benaknya. Karena itu dia pasti tidak melewatkan sesuatu sedikit pun.

Sedangkan yang tidak bisa dan tidak biasa memanajemen pikirannya, sering sembrono, gegabah, baper dan selalu ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh dia. Ia mudah panik dan tak mampu tanggap secara cepat dalam menghadapi suatu keadaan.

Orang semacam itu sering mendapat masalah dan juga menjadi biang masalah. Tingkat kepeduliannya sangat rendah sehingga tidak bisa diandalkan.

Kalau saya beberes dengan tiga alasan. Pertama karena menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman. Sebagaimana mana ajaran agama, kalau ada sampah, segera dibereskan.

Kedua, saya tidak ingin meninggalkan bekas atau jejak atas keberadaan saya di suatu tempat. Sebenarnya ini termasuk pelajaran militer, agar musuh tidak dapat melacak dimana kita berada.

Ketiga, saya memang orang yang tidak tenang jika melihat ada yang berantakan. Di rumah pun, kalau habis makan, piring langsung dicuci. Ini juga menghindari datangnya binatang  kotor yang menyukai bekas makanan.

Maka saya suka gemas melihat orang seenaknya membuang sampah. Di negara negara maju, penduduknya berdisiplin dalam membuang sampah .

Nah, bagaimana kita mau menjadi negara maju jika beberes saja tidak mampu dilakukan? Sungguh memalukan.

Wanita yg juga tak beberes setelah makan (dok.pri?
Wanita yg juga tak beberes setelah makan (dok.pri?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun